Samarinda (ANTARA) -
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Timur (Kaltim) mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap berbagai penyakit yang dapat timbul akibat cuaca panas yang ekstrem.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kaltim Setyo Budi Basuki di Samarinda, Kamis, menyampaikan kekurangan air bersih selama musim kemarau pada September 2024 dapat berdampak langsung pada kesehatan masyarakat.
"Cuaca panas ekstrem menyebabkan peningkatan kasus penyakit yang berhubungan dengan ketersediaan air bersih, seperti diare dan demam tifoid," ujar Basuki.
Dia menjelaskan air bersih sangat penting untuk kebutuhan minum dan kebersihan diri. Kekurangan air bersih dapat menyebabkan peningkatan kasus diare, yang erat kaitannya dengan sanitasi yang buruk.
Selain itu Basuki juga menyoroti peningkatan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang disebabkan oleh debu yang tinggi dampak dari cuaca panas ekstrem.
"Debu yang tinggi dapat memperburuk kondisi kesehatan, terutama bagi mereka yang memiliki masalah pernapasan," tambahnya.
Basuki optimistis kemarau tidak berlangsung lama dan segera berakhir pada awal Oktober, sesuai dengan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Menurut data Dinkes Kaltim, kata dia, daerah dengan jumlah penduduk yang padat seperti Samarinda dan Balikpapan lebih rentan terhadap penyakit yang berhubungan dengan kekurangan air bersih.
Dinkes Kaltim juga telah mengaktifkan sistem kewaspadaan dini dan respon yang melibatkan puskesmas di tingkat kabupaten dan kota hingga provinsi dan nasional.
"Data dari puskesmas akan memberikan gambaran tentang potensi kejadian luar biasa, sehingga kita bisa lebih waspada dan mengambil tindakan yang diperlukan," ujar Basuki.
Untuk mengatasi masalah ini, Dinkes Kaltim bekerja sama dengan berbagai sektor terkait untuk memastikan ketersediaan air bersih dan memberikan perawatan yang diperlukan bagi masyarakat yang terkena dampak.
"Penyediaan informasi yang konsisten dan tepat waktu sangat penting untuk menjaga kesehatan masyarakat," tutur Basuki.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan BMKG Balikpapan Kukuh Ribudiyanto menyampaikan prakiraan cuaca untuk wilayah Kaltim.
Menurut Kukuh, wilayah ini telah memasuki musim kemarau sejak Agustus dan diperkirakan puncaknya terjadi pada September. Suhu udara selama musim kemarau bervariasi antara 32 hingga 34 derajat Celsius, dengan beberapa daerah mencapai 35 derajat Celsius.
Kukuh juga menjelaskan musim hujan diperkirakan akan dimulai kembali pada Oktober dan berlangsung hingga Desember. Selama masa transisi di akhir September dan awal Oktober, hujan lokal diperkirakan mulai terjadi. Ia mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem selama periode ini.
Di kota-kota besar seperti Samarinda dan Balikpapan, imbuh dia, suhu tertinggi sering tercatat mencapai 34 hingga 35 derajat Celsius. "Namun, di daerah dengan tutupan lahan yang lebih baik, suhu cenderung lebih rendah," ucap Kukuh.