Washington (ANTARA Kalbar/Xinhua-OANA) - Bayi yang lahir dari ibu yang mengalami stres saat kehamilan tiga bulan pertama berisiko kekurangan zat besi, sehingga dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan fisik dan mental, menurut sebuah studi.
Menurut studi yang dipaparkan dalam pertemuan Masyarakat Akademi Pediatri di Boston, Minggu, zat besi berperan penting dalam perkembangan sistem organ, terutama otak.
Sebelumnya diketahui beberapa faktor yang menyebabkan bayi kekurangan zat besi seperti diabetes pada ibu, kurangnya zat besi sang ibu, merokok saat kehamilan, kelahiran lebih awal, berat badan rendah pada bayi dan kehamilan ganda.
Studi yang dilakukan peneliti dari Akademi Ashkelon dan Pusat Kesehatan Barzilai di Israel dan Universitas Michigan, Amerika Serikat, merupakan yang pertama menyebutkan bahwa stres pada ibu saat awal kehamilan merupakan faktor lain yang menyebabkan kurangnya zat besi pada bayi.
Para peneliti tersebut melakukan penelitian terhadap sejumlah wanita yang akan melahirkan di Pusat Kesehatan Barzilai. Kelompok ibu hamil pertama (yang stres) hidup di wilayah dengan lebih dari 600 serangan roket dalam tiga bulan pertama kehamilannya. Sementara kelompok lain tinggal di wilayah yang sama namun pada tiga hingga empat bulan setelah serangan roket berakhir.
Para wanita tersebut diberi pertanyaan singkat saat akan melahirkan guna mendeteksi apakah mereka tetap sehat tanpa komplikasi kehamilan. Wanita yang bersedia berpartisipasi dalam studi itu kemudian diwawancara sehari atau dua hari setelah melahirkan terkait latar belakang dan kesehatan mereka selama kehamilan.
Mereka juga mengisi kuesioner tentang depresi dan kemarahan, serta menilai tingkat stres yang mereka alami ketika hamil. Sampel darah kemudian diambil dari bayi yang baru lahir, untuk mengukur tingkat zat besi yang mereka miliki dengan serum ferritin.
Hasilnya menunjukkan 63 bayi yang ibunya berada di kelompok stres secara signifikan memiliki tingkat zat besi yang lebih rendah daripada 77 bayi yang ibunya berada di kelompok lain.
"Penemuan kami mengindikasikan bahwa bayi yang ibunya stres saat hamil termasuk dalam faktor yang menyebabkan kurangnya zat besi pada anak," kata peneliti Akademi Ashkelon, Rinat Armony-Sivan.
"Wanita hamil harus sadar bahwa kesehatan, nutrisi, tingkat stres, dan pikiran mereka akan mempengaruhi kesehatan bayinya," kata Armony-Sivan.
Armony-Sivan menyarankan, untuk mempertimbangkan pemberian darah tambahan ketika bayi berusia 12 bulan, terutama bagi mereka yang tinggal di wilayah dengan populasi berisiko tinggi, sehingga kekurangan zat besi, dengan atau tanpa gejala anemia, dapat dideteksi dan ditangani lebih awal sebelum berubah menjadi kronis dan parah.
(P012)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
Menurut studi yang dipaparkan dalam pertemuan Masyarakat Akademi Pediatri di Boston, Minggu, zat besi berperan penting dalam perkembangan sistem organ, terutama otak.
Sebelumnya diketahui beberapa faktor yang menyebabkan bayi kekurangan zat besi seperti diabetes pada ibu, kurangnya zat besi sang ibu, merokok saat kehamilan, kelahiran lebih awal, berat badan rendah pada bayi dan kehamilan ganda.
Studi yang dilakukan peneliti dari Akademi Ashkelon dan Pusat Kesehatan Barzilai di Israel dan Universitas Michigan, Amerika Serikat, merupakan yang pertama menyebutkan bahwa stres pada ibu saat awal kehamilan merupakan faktor lain yang menyebabkan kurangnya zat besi pada bayi.
Para peneliti tersebut melakukan penelitian terhadap sejumlah wanita yang akan melahirkan di Pusat Kesehatan Barzilai. Kelompok ibu hamil pertama (yang stres) hidup di wilayah dengan lebih dari 600 serangan roket dalam tiga bulan pertama kehamilannya. Sementara kelompok lain tinggal di wilayah yang sama namun pada tiga hingga empat bulan setelah serangan roket berakhir.
Para wanita tersebut diberi pertanyaan singkat saat akan melahirkan guna mendeteksi apakah mereka tetap sehat tanpa komplikasi kehamilan. Wanita yang bersedia berpartisipasi dalam studi itu kemudian diwawancara sehari atau dua hari setelah melahirkan terkait latar belakang dan kesehatan mereka selama kehamilan.
Mereka juga mengisi kuesioner tentang depresi dan kemarahan, serta menilai tingkat stres yang mereka alami ketika hamil. Sampel darah kemudian diambil dari bayi yang baru lahir, untuk mengukur tingkat zat besi yang mereka miliki dengan serum ferritin.
Hasilnya menunjukkan 63 bayi yang ibunya berada di kelompok stres secara signifikan memiliki tingkat zat besi yang lebih rendah daripada 77 bayi yang ibunya berada di kelompok lain.
"Penemuan kami mengindikasikan bahwa bayi yang ibunya stres saat hamil termasuk dalam faktor yang menyebabkan kurangnya zat besi pada anak," kata peneliti Akademi Ashkelon, Rinat Armony-Sivan.
"Wanita hamil harus sadar bahwa kesehatan, nutrisi, tingkat stres, dan pikiran mereka akan mempengaruhi kesehatan bayinya," kata Armony-Sivan.
Armony-Sivan menyarankan, untuk mempertimbangkan pemberian darah tambahan ketika bayi berusia 12 bulan, terutama bagi mereka yang tinggal di wilayah dengan populasi berisiko tinggi, sehingga kekurangan zat besi, dengan atau tanpa gejala anemia, dapat dideteksi dan ditangani lebih awal sebelum berubah menjadi kronis dan parah.
(P012)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012