Seoul (ANTARA) - Menteri luar negeri Korea Selatan Kang Kyung-wha tiba di Washington pada Minggu untuk melakukan pembicaraan dengan Menlu Amerika Serikat Mike Pompeo dalam kunjungan yang sekarang dibayangi proyeksi kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden AS.
Berbicara kepada wartawan setelah mengunjungi Memorial Veteran Perang Korea, Kang Kyung-wha mengatakan terlalu dini untuk memprediksi bagaimana pemerintahan baru AS akan menangani masalah tertentu.
Namun, dia tidak mengharapkan Joe Biden untuk kembali kepada kebijakan mantan Presiden AS Barack Obama, yakni kesabaran strategis terhadap Korea Utara. Kebijakan kesabaran strategis mengandung makna bahwa perundingan dengan Korea Utara semestinya dihentikan sampai Korut menunjukkan bukti konkret atas komitmennya melucuti senjata nuklirnya.
"Dari sambutan publik beberapa ajudan Biden, saya tidak yakin itu bermaksud untuk kembali ke kesabaran strategis di masa lalu," kata Kang, menurut kantor berita Yonhap.
"Itu (kebijakan terhadap Korea Utara) harus dilakukan berdasarkan berbagai kemajuan dan prestasi yang diraih selama tiga tahun terakhir ini," ujar Kang.
Yonhap menyebutkan bahwa Kang akan bertemu dengan anggota tim urusan luar negeri dan keamanan Biden dan membahas kerja sama selama kunjungannya yang sangat lama ke Amerika Serikat. Namun, Yonhap tidak menjelaskan lebih lanjut.
Kunjungan Menlu Korsel itu dilakukan atas undangan dari Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo yang membatalkan kunjungannya ke Seoul bulan lalu setelah Presiden Donald Trump dinyatakan positif terkena virus corona baru.
Agenda kunjungan Kang ke AS termasuk bertemu dengan Pompeo pada Senin untuk membahas upaya memperkuat aliansi antara kedua negara dan masalah yang berlangsung di semenanjung Korea. Kang mengatakan dia juga akan bertemu dengan senator dan cendekiawan AS.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada Minggu mengucapkan selamat kepada Joe Biden atas kemenangannya dalam pemilihan presiden AS, dengan mengatakan di Twitter bahwa dia berharap dapat bekerja dengan tim Biden untuk nilai-nilai bersama dan hubungan masa depan.
Sumber: Reuters