Pontianak (ANTARA Kalbar) - Daerah perbatasan Indonesia - Malaysia di Kabupaten Sintang memerlukan penambahan ambulans karena fasilitas tersebut untuk membawa jenazah dari satu kecamatan ke tempat lainnya, kata Koordinator Kelompok Informasi masyarakat perbatasan (Kimtas) setempat.
"Sudah tiga kali kejadian, ambulans jenazah yang sudah ada ternyata tidak bisa digunakan karena untuk kepentingan lain," kata Koordinator Kimtas Kabupaten Sintang, Ambresius Murjani saat dihubungi dari Pontianak, Jumat.
Menurut dia, ambulans jenazah yang ada, ternyata juga digunakan untuk mengangkut obat-obatan ke Kota Kecamatan Ketungau Hulu di Senaning. Sehingga sudah tiga kali kejadian, saat ada warga yang meninggal, tidak dapat menggunakan kendaraan tersebut.
Koordinator Kimtas itu menjelaskan, pada hari ini dia dan sejumlah warga membawa jenazah anak temenggu adat Nanga Bayan, George Dawal di perbatasan Indonesia - Malaysia di Ketungau Hulu dari Kota Sintang ke desa Nanga Bayan dengan menumpang mobil kijang dan kendaraan strada dobel gardan. Alasannya, karena mobil jenazah puskesmas yang diparkir di Sintang berisi obat-obatan yang akan diantar ke Senaning.
Sementara rombongan pembawa jenazah harus menempuh rute yang jauh. Perjalanan yang ditempuh harus memutar untuk sampai ke kampung tujuan tempat dimakamkannya anak temenggung di Nanga Bayan.
Rombongan harus melewati dua kabupaten, yakni Sekadau dan Sanggau, kemudian ke Senaning dan baru ke Nanga Bayan. "Saat ini kami baru sampai di Balai Karangan (Kabupaten Sanggau, red) setelah berangkat jam 9 pagi tadi. Kemudian akan menempuh 3,5 jam perjalanan untuk sampai ke Ketungau Hulu," katanya.
Dia mengakui, warga perbatasan tidak dapat menggunakan ambulans yang ada, karena faktor kebetulan saja. Karena pada saat yang sama mobil jenazah digunakan untuk keperluan lain. Tetapi dia mengharapkan agar Kementerian Kesehatan dan Badan Pengelola Kawasan Perbatasan dapat mempertimbangkan penambahan mobil jenazah untuk perbatasan.
"Mobil yang ada `stand by` di Sintang. Tapi ketika akan dipakai tak bisa. Kami sangat ingin ada penambahan ambulans lagi," katanya.
Dia meminta pemerintah pusat menganggarkan secara khusus untuk desa-desa di perbatasan yang ada puskesmasnya. "Kami ingin ada bantuan khusus dan Menkes dan Badan perbatasan," katanya.
Perjalanan dari Sintang ke Senaning menempuh waktu sekitar 10 - 11 jam, dengan melintasi dua kabupaten tetangga. Kemudian ke Desa Nanga Bayan sekitar 4-5 jam.
Sepanjang perbatasan Sintang dengan Malaysia Timur terdapat dua kecamatan dan delapan desa. Yakni Kecamatan Ketungau Hulu dan Ketungau Tengah. Kecamatan Ketungau Hulu ada lima desa. Meliputi Desa Nanga Bayan, Jasa, Rasau, Muakan Petingi dan Sungai Seria. Sedangkan Kecamatan Ketungau Tengah ada tiga desa yakni Nanga Kelapan, Mungguk Gelombang dan Wana Bhakti. ***3***
(N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
"Sudah tiga kali kejadian, ambulans jenazah yang sudah ada ternyata tidak bisa digunakan karena untuk kepentingan lain," kata Koordinator Kimtas Kabupaten Sintang, Ambresius Murjani saat dihubungi dari Pontianak, Jumat.
Menurut dia, ambulans jenazah yang ada, ternyata juga digunakan untuk mengangkut obat-obatan ke Kota Kecamatan Ketungau Hulu di Senaning. Sehingga sudah tiga kali kejadian, saat ada warga yang meninggal, tidak dapat menggunakan kendaraan tersebut.
Koordinator Kimtas itu menjelaskan, pada hari ini dia dan sejumlah warga membawa jenazah anak temenggu adat Nanga Bayan, George Dawal di perbatasan Indonesia - Malaysia di Ketungau Hulu dari Kota Sintang ke desa Nanga Bayan dengan menumpang mobil kijang dan kendaraan strada dobel gardan. Alasannya, karena mobil jenazah puskesmas yang diparkir di Sintang berisi obat-obatan yang akan diantar ke Senaning.
Sementara rombongan pembawa jenazah harus menempuh rute yang jauh. Perjalanan yang ditempuh harus memutar untuk sampai ke kampung tujuan tempat dimakamkannya anak temenggung di Nanga Bayan.
Rombongan harus melewati dua kabupaten, yakni Sekadau dan Sanggau, kemudian ke Senaning dan baru ke Nanga Bayan. "Saat ini kami baru sampai di Balai Karangan (Kabupaten Sanggau, red) setelah berangkat jam 9 pagi tadi. Kemudian akan menempuh 3,5 jam perjalanan untuk sampai ke Ketungau Hulu," katanya.
Dia mengakui, warga perbatasan tidak dapat menggunakan ambulans yang ada, karena faktor kebetulan saja. Karena pada saat yang sama mobil jenazah digunakan untuk keperluan lain. Tetapi dia mengharapkan agar Kementerian Kesehatan dan Badan Pengelola Kawasan Perbatasan dapat mempertimbangkan penambahan mobil jenazah untuk perbatasan.
"Mobil yang ada `stand by` di Sintang. Tapi ketika akan dipakai tak bisa. Kami sangat ingin ada penambahan ambulans lagi," katanya.
Dia meminta pemerintah pusat menganggarkan secara khusus untuk desa-desa di perbatasan yang ada puskesmasnya. "Kami ingin ada bantuan khusus dan Menkes dan Badan perbatasan," katanya.
Perjalanan dari Sintang ke Senaning menempuh waktu sekitar 10 - 11 jam, dengan melintasi dua kabupaten tetangga. Kemudian ke Desa Nanga Bayan sekitar 4-5 jam.
Sepanjang perbatasan Sintang dengan Malaysia Timur terdapat dua kecamatan dan delapan desa. Yakni Kecamatan Ketungau Hulu dan Ketungau Tengah. Kecamatan Ketungau Hulu ada lima desa. Meliputi Desa Nanga Bayan, Jasa, Rasau, Muakan Petingi dan Sungai Seria. Sedangkan Kecamatan Ketungau Tengah ada tiga desa yakni Nanga Kelapan, Mungguk Gelombang dan Wana Bhakti. ***3***
(N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012