Semua wanita pasti ingin tampil cantik, tak peduli harus berkorban banyak agar bisa tampil ideal, laiknya sebuah ungkapan yang berbunyi, untuk jadi cantik memang menyakitkan. Itulah yang terjadi pada Ayu Yuning (26), seorang guru geografi di Bandung.

Dia menginginkan tubuh yang lebih ramping dan memilih mengonsumsi suplemen China untuk melangsingkan tubuhnya.

"Aku minum suplemen yang katanya bisa melangsingkan itu, habis nggak pede sama badan aku yang kelihatan melar ini," katanya. Gadis dengan tinggi 155 sentimeter itu merasa berat badannya yang mencapai 54 kilogram terlalu gemuk.

Dia kemudian bercerita tentang saudaranya yang berhasil turun 4 kilogram setelah minum suplemen yang mengandungi buah acai berry yang terkenal akan khasiatnya.

Namun, Ayu menghentikan konsumsi suplemen itu karena seminggu setelah minum obat itu, dia mengalami sembelit. Menurut dia, sembelit yang dia rasakan merupakan akibat dari kekosongan lambung.

"Minum suplemen itu bikin aku kenyang, jadi porsi makan berkurang. Aku juga jadi jarang ngemil. Nah, mungkin karena nggak ada makanan yang masuk, aku jadi sembelit," kata dia menjelaskan.

Dia menambahkan dirinya juga kurang mengimbangi dengan makanan yang bernutrisi dan berserat seperti buah, sayur dan yogurt sehingga menyebabkan sembelit.

Bagi dia, meminum suplemen pelangsing tidak berarti berat badannya bisa langsung turun. Di awal pemakaian, berat badannya malah naik 1 kilogram. "Agak kaget juga, kok malah naik," katanya.

Akhirnya dia menghentikan pemakaian karena takut berat badannya naik lagi. Selang seminggu kemudian dia kembali meminum suplemen itu karena merasa penasaran akan khasiatnya.

Sejak mengonsumsi suplemen selama dua bulan terakhir, dia mengatakan belum berani mengecek berat badannya lagi. Walaupun dia mengaku, celana jeansnya kini terasa lebih longgar.

Di sisi lain, Laina Wida (32) mengaku pernah menggunakan obat penggemuk berbentuk kapsul agar tubuhnya menjadi lebih berisi.

"Dulu, sekitar umur 25-an, saya pernah minum obat China supaya gemuk, hasilnya ternyata bisa bikin saya sedikit lebih berisi," kata wanita yang bekerja di salah satu perusahaan tekstil di Cimanggis, Depok.

Wanita beranak satu itu mengungkapkan pernah mengonsumsi obat penggemuk selama beberapa bulan. Berat badannya dulu sekitar 43 kilogram dengan tinggi 165 sentimeter. Dia merasa kurang puas dengan tubuhnya yang tampak kurus.

Pada awal pemakaian obat, dia mengatakan tidak merasakan perbedaan yang signifikan. "Cuma sering ngantuk dan banyak tidur aja," katanya.

Menurut dia,efek kantuk itu mungkin yang menyebabkan berat badannya naik. Dia juga mengatakan efek obat membuat tidur menjadi lebih nyenyak. "Banyak makan banyak tidur, jadi berat badan saya cepat naik," katanya.

Kurang lebih enam bulan, dia mulai merasa berat badannya mengalami peningkatan. Nafsu makan bertambah sehingga berat badan dia naik sekitar 5 kilogram. Tapi dia tidak meneruskan konsumsi suplemen penggemuk karena khawatir dengan risiko yang ada.

Ayu dan Laina secara sepenuhnya menyadari efek samping suplemen yang mereka konsumsi. Apalagi, mereka sadar bahwa suplemen tersebut merupakan produk dari China.

"Karena tahu tiap obat pasti punya efek samping, makanya saya berhenti minum setelah ada hasilnya," kata Laina. Sedangkan Ayu mengatakan dia mencoba suplemen pelangsing karena penasaran akan hasil obat tersebut.

Ayu dan Laina mungkin salah dua dari sekian banyak wanita yang menginginkan cara instan untuk bisa tampil sempurna dengan tubuh proporsional. Dan mereka memilih untuk menggunakan kapsul-kapsul yang membuat penampilan mereka jadi lebih ideal.

                               Stereotip
Rahmitha Soendjojo, psikolog Universitas Negeri Jakarta, mengatakan para wanita dipengaruhi stereotip wanita cantik yang kerap diumbar di berbagai media seperti televisi, majalah dan lainnya.

"Para wanita ini melihat bahwa stereotip wanita yang langsing, pinggang yang ramping, kulit putih dan sebagainya itu adalah sosok sempurna dan ideal, sehingga mereka ingin jadi seperti itu," katanya.

Dia menambahkan, terutama, para remaja putri menganggap tubuh yang langsing lebih menarik dan disukai. Dengan pandangan seperti itu, timbul obsesi untuk bisa tampil ideal walaupun kadang harus berhadapan dengan konsekuensi dari pilihan yang mereka ambil.

"Mereka yang mengambil jalan pintas dengan minum obat gemuk atau pelangsing mestinya tahu konsekuensi yang akan dihadapi," katanya. Belum lagi karena rata-rata dari mereka mengkonsumsi suplemen tertentu atas dasar ikut-ikutan.  
 
Psikolog yang juga dosen PAUD Universitas Negeri Jakarta itu mengatakan para wanita harus bisa membangun konsep diri agar bisa lebih menghargai diri sendiri. "Jika seseorang benar-benar tahu siapa dia dan seperti apa konsep dirinya, dia akan jadi lebih percaya diri," ujarnya.

Setiap orang, menurut dia, punya potensi besar yang bisa digali melalui berbagai macam cara. Misalnya seorang berbadan gemuk yang mahir bernyanyi. Jika orang itu percaya diri dengan kemampuan bernyanyinya, kegemukan tidak akan jadi masalah.

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap konsumsi suplemen gemuk dan pelangsing adalah budaya hedonistis. "Pola hidup hedonis jadi gaya hidupdi zaman sekarang, semua serba instan," katanya.

Semua yang serba instan itu mempengaruhi hidup masyarakat yang jadi tak terbiasa dengan proses. Hal itu juga didukung oleh produk-produk yang disodorkan oleh produsen pemuas kebutuhan.

Menurut Rahmitha, semua hal itu menyebabkan masyarakat jadi malas berpikir secara logis. "Misal jika saya gemuk, saya jadi malas untuk berolahraga, makan teratur, karena sudah ada cara cepat untuk menurunkan berat badan tanpa harus olahraga," katanya.

Tetapi semua kembali pada pribadi masing-masing. Alangkah lebih baik jika seseorang benar-benar tahu siapa dirinya dan apa yang diinginkan, bukan sekedar ikut-ikutan tren yang ada, kata dia.

Pewarta: Ade Irma Junida

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012