Bogor (ANTARA Kalbar) - Indonesia berpeluang menjadi produsen penting produk pertanian organik di dunia, meski masih perlu mengubah arah pertaniannya.
"Strategi pemerintah untuk mengarahkan pertaniannya ke pertanian organik telah dilakukan oleh banyak negara, termasuk di Asia seperti di China, Thailand, dan Korea Selatan, yang telah menunjukkan keberhasilannya," kata Ketua Pelaksana "Bogor Organic Fair" (BOF) II Sri Nuryati di Bogor, Jawa Barat, Sabtu.
BOF II diselenggarakan Aliansi Organis Indonesia (AOI) bekerja sama dengan Pemerintah Kota Bogor, Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI), dan Institut Pertanian Bogor (IPB) digelar selama dua hari yakni Sabtu hingga Minggu (10/6).
Sri Nuryati yang juga pegiat di AOI menjelaskan bahwa simulasi yang dilakukan oleh pihaknya untuk beberapa produk pertanian perkebunan menunjukkan bahwa kenaikan investasi untuk beralih organik hanyalah sekitar 10 persen.
"Dan setelah tiga tahun kenaikan keuntungan mencapai sekitar 50 persen," katanya.
Ia mengemukakan bahwa keragaman hayati Indonesia, menjadikan Indonesia surga bagi pertanian organik maupun herbal.
Hanya saja, kata dia, prospek baik tersebut belum dapat dinikmati oleh para petani organik maupun para peramu herbal yang sebagian besar merupakan usaha-usaha berbasis komunitas.
Disampaikannya bahwa gaya hidup organik, tidak hanya menghasilkan pangan yang sehat, tapi juga kualitas hidup petani dan konsumen yang meningkat baik.
(A035)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
"Strategi pemerintah untuk mengarahkan pertaniannya ke pertanian organik telah dilakukan oleh banyak negara, termasuk di Asia seperti di China, Thailand, dan Korea Selatan, yang telah menunjukkan keberhasilannya," kata Ketua Pelaksana "Bogor Organic Fair" (BOF) II Sri Nuryati di Bogor, Jawa Barat, Sabtu.
BOF II diselenggarakan Aliansi Organis Indonesia (AOI) bekerja sama dengan Pemerintah Kota Bogor, Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI), dan Institut Pertanian Bogor (IPB) digelar selama dua hari yakni Sabtu hingga Minggu (10/6).
Sri Nuryati yang juga pegiat di AOI menjelaskan bahwa simulasi yang dilakukan oleh pihaknya untuk beberapa produk pertanian perkebunan menunjukkan bahwa kenaikan investasi untuk beralih organik hanyalah sekitar 10 persen.
"Dan setelah tiga tahun kenaikan keuntungan mencapai sekitar 50 persen," katanya.
Ia mengemukakan bahwa keragaman hayati Indonesia, menjadikan Indonesia surga bagi pertanian organik maupun herbal.
Hanya saja, kata dia, prospek baik tersebut belum dapat dinikmati oleh para petani organik maupun para peramu herbal yang sebagian besar merupakan usaha-usaha berbasis komunitas.
Disampaikannya bahwa gaya hidup organik, tidak hanya menghasilkan pangan yang sehat, tapi juga kualitas hidup petani dan konsumen yang meningkat baik.
(A035)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012