Denpasar (ANTARA Kalbar) - Para kartunis di Bali saat ini memilih membuat karya dengan sistem digital karena dinilai lebih ramah lingkungan.
"Dengan sistem digital, menurut saya lebih ramah lingkungan karena tidak memerlukan banyak kertas lagi untuk menghasilkan berbagai karya kartun. Terlebih semua media di era kekinian memang mengarah pada digital," kata seniman kartun I Gusti Putu Adi Supardi di Denpasar, Sabtu.
Seniman yang akrab dipanggil Putu Ebo ini memandang dengan sistem digital pula menjadi upaya sejalan para kartunis untuk seminimal mungkin menebang pohon karena media penuangan seni tidak menjadi terpaku pada kertas.
"Media digital di satu sisi mempermudah seniman untuk bekerja, istilahnya alat untuk membantu. Apa yang ada di kenyataan, kuas, alat-alat gambar itu berusaha ditiru dengan teknik komputer," ujarnya yang menekuni seni kartun sejak duduk di bangku SMA.
Menurut dia, sekarang para kartunis di Pulau Dewata kebanyakan yang mengggabungkan pembuatan kartun dengan sistem digital maupun manual dengan goresan tangan di kertas.
"Jika memakai sistem digital saja, kami terkadang merindukan juga goresan tangan di atas kertas. Kalau dari sisi kenyamanan, bagi saya sendiri tetap di kertas, namun di sisi kemudahan itu di digital," ujar pria yang telah bekerja di bidang ilustrasi kartun media sejak tahun 1992.
Namun, ia tidak memungkiri juga, secanggih-canggihnya sistem komputer bisa meniru, tetap saja masih ada perbedaan dengan goresan tangan.
"Sistem digital berhasil meniru, tetapi persis sama sekali itu belum. Sedangkan dari sisi tingkat kepuasan, sama-sama puas sih dengan sistem manual karena tak lepas dari aspek kebutuhan. Terlebih bagi para kartunis yang memang pekerjaannya mengharuskan memakai komputer, menggambar kartun secara digital tentu menjadi kewajaran untuk dibiasakan," kata kartunis yang sejak tahun 2000 telah mendirikan majalah kartun Bogbog bersama Jango Paramartha.
(KR-LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
"Dengan sistem digital, menurut saya lebih ramah lingkungan karena tidak memerlukan banyak kertas lagi untuk menghasilkan berbagai karya kartun. Terlebih semua media di era kekinian memang mengarah pada digital," kata seniman kartun I Gusti Putu Adi Supardi di Denpasar, Sabtu.
Seniman yang akrab dipanggil Putu Ebo ini memandang dengan sistem digital pula menjadi upaya sejalan para kartunis untuk seminimal mungkin menebang pohon karena media penuangan seni tidak menjadi terpaku pada kertas.
"Media digital di satu sisi mempermudah seniman untuk bekerja, istilahnya alat untuk membantu. Apa yang ada di kenyataan, kuas, alat-alat gambar itu berusaha ditiru dengan teknik komputer," ujarnya yang menekuni seni kartun sejak duduk di bangku SMA.
Menurut dia, sekarang para kartunis di Pulau Dewata kebanyakan yang mengggabungkan pembuatan kartun dengan sistem digital maupun manual dengan goresan tangan di kertas.
"Jika memakai sistem digital saja, kami terkadang merindukan juga goresan tangan di atas kertas. Kalau dari sisi kenyamanan, bagi saya sendiri tetap di kertas, namun di sisi kemudahan itu di digital," ujar pria yang telah bekerja di bidang ilustrasi kartun media sejak tahun 1992.
Namun, ia tidak memungkiri juga, secanggih-canggihnya sistem komputer bisa meniru, tetap saja masih ada perbedaan dengan goresan tangan.
"Sistem digital berhasil meniru, tetapi persis sama sekali itu belum. Sedangkan dari sisi tingkat kepuasan, sama-sama puas sih dengan sistem manual karena tak lepas dari aspek kebutuhan. Terlebih bagi para kartunis yang memang pekerjaannya mengharuskan memakai komputer, menggambar kartun secara digital tentu menjadi kewajaran untuk dibiasakan," kata kartunis yang sejak tahun 2000 telah mendirikan majalah kartun Bogbog bersama Jango Paramartha.
(KR-LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012