Denpasar (ANTARA Kalbar) - Ahli mikrobiologi klinik dari Universitas Udayana Dr dr I Dewa Made Sukrama SpMK(K) mengatakan, meminum antibiotik saat terkena flu tidak tepat karena justru akan menyebabkan resistensi penyakit terhadap obat.
"Saya kira masih ada salah pemakaian antibiotik di masyarakat, penyakit yang bukan infeksi selalu diberikan antibiotik, itu yang harus dihindari," katanya yang juga Kepala Bagian Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana itu di Denpasar, Minggu.
Menurut dia, selain flu, ada juga sakit diare dan demam berdarah yang seringkali penanganannya oleh dokter dengan diberikan antibiotik.
"Padahal yang memerlukan antibiotik adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, contohnya tipes, infeksi luka operasi, infeksi kulit oleh bakteri, serta infeksi pada otak. Sedangkan batuk dan pilek itu belum tentu bakteri, bisa saja virus dan itu tidak perlu antibiotik," ucapnya.
Ketidaktepatan pemakaian antibiotik, lanjut dia, dapat menyebabkan penyakit susah diobati karena bersifat resisten terhadap berbagai macam obat. "Dengan resisten terhadap berbagai obat, apa yang harus diberikan dokter?" ujarnya, mempertanyakan.
Oleh karena itu, ia meminta masyarakat untuk tidak membeli maupun meminum antibiotik sembarangan. Pakailah antibiotik sesuai dengan anjuran dokter agar tak menambah angka resistensi.
"Pemakaian antibiotik harus benar-benar tepat indikasi, tepat dosis, dan tepat sasaran," tuturnya sembari menyebut pemakaian antibiotik yang berlebihan telah menyebabkan perkembangan bakteri resisten obat di rumah sakit maupun di masyarakat.
Di sisi lain, Dewa Sukrama mengatakan untuk pencegahan beberapa penyakit tertentu dapat dilakukan dengan pemberian vaksin. Beberapa vaksin dasar (seperti polio, tetanus, dipteri, dan campak) umumnya sudah diberikan sejak dini ketika masih balita.
Sementara untuk vaksin kategori pilihan untuk pneumonia, tipoid, maupun vaksin rabies itu pemberiannya disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan.
Ia menambahkan, dalam waktu dekat di Bali akan ada pertemuan ke-13 jaringan industri vaksin negara berkembang (DCVMN) yang akan membahas secara lebih terinci mengenai vaksin.
Pertemuan akan dilaksanakan di Kartika Plaza Discovery Hotel, Kuta, Bali, pada 31 Oktober -2 November 2012 dengan PT Bio Farma (Persero) menjadi tuan rumahnya.
(KR-LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
"Saya kira masih ada salah pemakaian antibiotik di masyarakat, penyakit yang bukan infeksi selalu diberikan antibiotik, itu yang harus dihindari," katanya yang juga Kepala Bagian Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana itu di Denpasar, Minggu.
Menurut dia, selain flu, ada juga sakit diare dan demam berdarah yang seringkali penanganannya oleh dokter dengan diberikan antibiotik.
"Padahal yang memerlukan antibiotik adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, contohnya tipes, infeksi luka operasi, infeksi kulit oleh bakteri, serta infeksi pada otak. Sedangkan batuk dan pilek itu belum tentu bakteri, bisa saja virus dan itu tidak perlu antibiotik," ucapnya.
Ketidaktepatan pemakaian antibiotik, lanjut dia, dapat menyebabkan penyakit susah diobati karena bersifat resisten terhadap berbagai macam obat. "Dengan resisten terhadap berbagai obat, apa yang harus diberikan dokter?" ujarnya, mempertanyakan.
Oleh karena itu, ia meminta masyarakat untuk tidak membeli maupun meminum antibiotik sembarangan. Pakailah antibiotik sesuai dengan anjuran dokter agar tak menambah angka resistensi.
"Pemakaian antibiotik harus benar-benar tepat indikasi, tepat dosis, dan tepat sasaran," tuturnya sembari menyebut pemakaian antibiotik yang berlebihan telah menyebabkan perkembangan bakteri resisten obat di rumah sakit maupun di masyarakat.
Di sisi lain, Dewa Sukrama mengatakan untuk pencegahan beberapa penyakit tertentu dapat dilakukan dengan pemberian vaksin. Beberapa vaksin dasar (seperti polio, tetanus, dipteri, dan campak) umumnya sudah diberikan sejak dini ketika masih balita.
Sementara untuk vaksin kategori pilihan untuk pneumonia, tipoid, maupun vaksin rabies itu pemberiannya disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan.
Ia menambahkan, dalam waktu dekat di Bali akan ada pertemuan ke-13 jaringan industri vaksin negara berkembang (DCVMN) yang akan membahas secara lebih terinci mengenai vaksin.
Pertemuan akan dilaksanakan di Kartika Plaza Discovery Hotel, Kuta, Bali, pada 31 Oktober -2 November 2012 dengan PT Bio Farma (Persero) menjadi tuan rumahnya.
(KR-LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012