Surabaya (ANTARA Kalbar) - Guru besar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Prof Dr Syamsul Arifin mengemukakan bahwa proses rekonsiliasi antara kaum Sunni dengan Syiah di Kabupaten Sampang, Madura, terus berjalan lewat konsep "tretan dibik" atau saudara sendiri.

"Rekonsiliasi ini sangat menggembirakan dengan memanfaatkan kearifan lokal Madura, yakni 'tretan dibik'. Kami terus memantapkan proses ini dan pada saatnya kaum Syiah akan kembali dan diterima di kampung halamannya," kata lelaki asal Sampang ini saat diuhubungi ANTARA dari Surabaya, Senin.

 Saat ini penganut paham Syiah asal Dusun Nanggernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben dan Desa Blu'uran, Kecamatan Karang Penang, masih mengungsi di GOR Sampang. Mereka adalah korban penyerangan kelompok yang tidak sepaham dengan Syiah yang terjadi pada Agustus 2012.

Syamsul yang juga anggota tim rekonsiliasi Sunni-Syiah ini mengemukakan bahwa kedua kelompok yang selama ini berselisih paham mulai betul-betul menyadari bahwa tidak ada jalan lain menghadapi relitas keagamaan tesrsebut, kecuali kembali hidup damai sebagai saudara.

"Mereka yang menganut Sunni dan Syiah itu kan masih banyak yang memiliki hubungan darah. Ada keponakan, ada sepupu dan lainnya. Kesadaran semacam ini sudah terbangun kuat kembali di antara mereka, sehingga mereka memandang bahwa konflik itu tidak boleh terjadi lagi," kata alumni Pendidikan Guru Agama (PGA) Negeri Pamekasan ini.

Ia mengemukakan bahwa untuk menjamin keberlangsungan rekonsiliasi hingga mereka akhirnya hidup berdampingan secara damai di desanya, tim rekonsiliasi yang difasilitasi dari Kementerian Agama pusat, Jatim, dan Sampang ini telah membentuk tim penjaga perdamaian yang beranggotakan dari kedua belah pihak. Mereka akan bertugas, antara lain mendeteksi dini mengenai adanya bibit konflik sehingga tidak membesar.

"Semua itu merupakan modal sisial untuk membawa mereka kembali bisa hidup dan damai sebagai sesama penganut Islam. Selain itu peran kiai yang merupakan tokoh sentral di Madura betul-betul akan dioptimalkan. Kekuatan para kiai untuk memulai hidup damai ini juga luar biasa," katanya.

Ia mengemukakan, kalau selama ini ratusan penganut Syiah ini masih berada di pengungsian, hal itu hanya soal waktu dan menunggu tempat tinggal mereka yang dibakar massa dibangun kembali.

Pihaknya berharap sekitar Maret 2013 warga Syiah bisa kembali ke kampung halamannya. Kemenag saat ini masih berupaya bagaimana kebutuhan rumah bagi warga Syiah ini bisa segera terpenuhi. Kemungkinan lain adalah, kaum Syiah itu bisa menumpang sementara di rumah-rumah saudaranya yang penganut Sunni.

"Kami gembira ketika kaum Sunni mengatakan bahwa besok pagi sekalipun mereka siap menerima kembali saudaranya yang menganut Syiah. Mereka bilang, nanti saat kaum Syiah pulang ke kampungnya, kaum Sunni yang akan menjemputnya. Semoga usaha dan kemajuan seperti ini terus berlanjut," ujarnya.

Syamsul mengemukakan bahwa proses pertemuan kedua belah pihak masih terus berlanjut untuk memantapkan proses selanjutnya dari rekonsiliasi, yakni reintegrasi. "Intinya, konflik itu bisa diselesaikan lewat penyadaran kembali semua pihak dengan menggunakan kearifan lokal," katanya.

(M026)

Pewarta:

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012