Pontianak (Antara Kalbar) - Lembaga swadaya masyarakat, WWF - Indonesia meluncurkan buku "Masyarakat dan Konservasi: 50 Kisah yang Menginspirasi dari WWF untuk Indonesia" sebagai wujud konsistensi dan eksistensi selama 50 tahun di Indonesia.

Manajer WWF - Indonesia untuk Program Kalbar, Hermayani Putera di Pontianak, Sabtu mengatakan, buku tersebut menunjukkan salah satu faktor penting alasan WWF - Indonesia terus eksis dan kerja konservasinya tetap relevan hingga saat ini.

"Yang perlu ditekankan, yaitu dengan� bermitra dan mengedepankan kepercayaan serta hubungan baik dengan masyarakat," ujar Hermayani yang juga anggota Tim Editor buku tersebut.

Buku tersebut ditulis oleh lebih dari 40 staf �yang bekerja di program dan kantor lapangan WWF di seluruh Indonesia, dari Aceh hingga Papua. Tebalnya 140 halaman.

Selain itu, juga menampilkan cuplikan pengalaman dan sejarah perjalanan 50 tahun kiprah WWF bekerja bersama masyarakat.

Diantaranya bagaimana masyarakat di Aceh bangkit dari tsunami, kerasnya upaya masyarakat mengembangkan ekowisata di "Heart of Borneo", serta sepak terjang pegiat konservasi memberantas illegal logging di Riau.

Hermayani melanjutkan, buku itu juga mencoba membangun benang merah bahwa strategi konservasi harus sejalan dengan strategi sosial, budaya, dan pembangunan ekonomi.

Selain itu, upaya konservasi juga membutuhkan komitmen politik yang memadai. "Jika strategi ini terintegrasi, masyarakat tidak akan ragu mencurahkan seluruh potensi sosial yang dimiliki dan mendukung inisiatif konservasi di wilayah mereka," katanya yakin.

WWF semula hadir di Indonesia dengan fokus untuk perlindungan spesies, pelestarian badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon pada tahun 1962.

Selanjutnya, WWF melakukan pendekatan kepada masyarakat di sekitar kawasan konservasi, karena tanpa dukungan mereka upaya pelestarian spesies langka tidak akan berjalan optimal.

Hermayani mengakui, banyak tantangan yang harus dihadapi WWF selama ini. Tidak hanya oleh kondisi geografis di wilayah kerjanya dari Sumatera hingga Papua, tetapi juga berhadapan dengan masyarakat yang memiliki keragaman budaya dan latar belakang, serta kebutuhan yang berbeda.

Menurut Hermayani, kondisi itu menunjukkan betapa kompleksnya pengelolaan sumber daya alam (SDA) di Indonesia.
Selain itu, sebagian pelaku pembangunan masih mengabaikan filosofi dasar kearifan lokal, bahwa masyarakat selalu berakar dan tergantung hidupnya dari SDA yang lestari.

WWF-Indonesia berharap kehadiran buku ini dapat menambah semangat dan menjadi inspirasi bagi banyak pihak, termasuk pemerintah, dunia usaha, dan aktivis di jaringan masyarakat sipil yang bekerja bersama masyarakat dalam berbagai isu dan agenda.

(T.T011/I006)

Pewarta: Teguh Imam Wibowo

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013