Pontianak (Antara Kalbar) - Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat memperkirakan perputaran uang pada bulan berlangsungnya Imlek dan Cap Go Meh 2013 mencapai Rp600 miliar.
"Dibanding tahun lalu, ada sedikit penurunan," kata Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalbar, Purjoko saat dihubungi di Pontianak, Rabu.
Namun, kata dia, dibanding pada bulan biasa ketika tidak ada kegiatan lokal, angka perputaran uang tersebut jauh lebih tinggi.
"Kalau di bulan biasa, tanpa ada kegiatan lokal yang berskala besar dan rutin, perputaran uang sekitar Rp400 miliar," ujar Purjoko. Sedangkan pada saat Lebaran, perputaran uang bisa mencapai Rp800 miliar.
Ia mengatakan terdapat korelasi antara tingginya angka perputaran uang dengan pergerakan ekonomi di daerah tersebut.
"Karena uang tersebut mungkin saja digunakan untuk penginapan, transportasi, kuliner, kegiatan pariwisata," kata Purjoko.
Purjoko menyebutkan saat Imlek dan Cap Go Meh, tingkat hunian hotel, angka keterisian penumpang penerbangan, serta kuliner, meningkat.
"Dampaknya ke banyak sektor, termasuk kalangan UMKM," katanya menegaskan.
Bank Indonesia memetakan hubungan inflasi dan kegiatan lokal di Kalbar. Hasilnya, dalam setahun ada delapan kegiatan yang cukup mendorong inflasi.
Pada Januari 2012, ada kegiatan Tahun Baru dan Imlek, dengan nilai inflasi 1,02. Komoditas utama penyumbang inflasi yakni daging ayam ras, sawi hijau dan beras. Bulan Februari, ada kegiatan Cap Go Meh, nilai inflasi 1,57 atau yang tertinggi sepanjang tahun dengan komoditas utama angkutan udara, daging ayam ras dan ikan gembung.
Memasuki Maret, tidak ada kegiatan pemicu inflasi sehingga terjadi penurunan 0,44 persen; dengan komoditas utama untuk inflasi sawi hijau, kontrak rumah, tukang bukan mandor.
Sawi hijau juga termasuk dalam komoditas utama penyumbang inflasi pada bulan Mei, September, November dan Desember.
Sementara kegiatan lokal yang memicu inflasi yakni arus balik sembahyang kubur (April dan September), Ramadhan (Juli), Idul Fitri (Agustus), Idul Adha (Oktober) dan Natal (Desember).
(T011/M008)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Dibanding tahun lalu, ada sedikit penurunan," kata Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalbar, Purjoko saat dihubungi di Pontianak, Rabu.
Namun, kata dia, dibanding pada bulan biasa ketika tidak ada kegiatan lokal, angka perputaran uang tersebut jauh lebih tinggi.
"Kalau di bulan biasa, tanpa ada kegiatan lokal yang berskala besar dan rutin, perputaran uang sekitar Rp400 miliar," ujar Purjoko. Sedangkan pada saat Lebaran, perputaran uang bisa mencapai Rp800 miliar.
Ia mengatakan terdapat korelasi antara tingginya angka perputaran uang dengan pergerakan ekonomi di daerah tersebut.
"Karena uang tersebut mungkin saja digunakan untuk penginapan, transportasi, kuliner, kegiatan pariwisata," kata Purjoko.
Purjoko menyebutkan saat Imlek dan Cap Go Meh, tingkat hunian hotel, angka keterisian penumpang penerbangan, serta kuliner, meningkat.
"Dampaknya ke banyak sektor, termasuk kalangan UMKM," katanya menegaskan.
Bank Indonesia memetakan hubungan inflasi dan kegiatan lokal di Kalbar. Hasilnya, dalam setahun ada delapan kegiatan yang cukup mendorong inflasi.
Pada Januari 2012, ada kegiatan Tahun Baru dan Imlek, dengan nilai inflasi 1,02. Komoditas utama penyumbang inflasi yakni daging ayam ras, sawi hijau dan beras. Bulan Februari, ada kegiatan Cap Go Meh, nilai inflasi 1,57 atau yang tertinggi sepanjang tahun dengan komoditas utama angkutan udara, daging ayam ras dan ikan gembung.
Memasuki Maret, tidak ada kegiatan pemicu inflasi sehingga terjadi penurunan 0,44 persen; dengan komoditas utama untuk inflasi sawi hijau, kontrak rumah, tukang bukan mandor.
Sawi hijau juga termasuk dalam komoditas utama penyumbang inflasi pada bulan Mei, September, November dan Desember.
Sementara kegiatan lokal yang memicu inflasi yakni arus balik sembahyang kubur (April dan September), Ramadhan (Juli), Idul Fitri (Agustus), Idul Adha (Oktober) dan Natal (Desember).
(T011/M008)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013