Bengkayang (ANTARA) - Kepolisian Resor (Polres) Bengkayang, Kalimantan Barat melakukan pengamanan di 24 titik utama perayaan Imlek dan juga 38 kelenteng di daerah setempat.
"Kami telah mengerahkan personel di seluruh titik yang menjadi pusat peribadatan. Selain itu, patroli juga dilakukan secara berkala guna mengantisipasi potensi gangguan keamanan selama tahun baru Imlek," ujar Kapolres Bengkayang, AKBP Teguh Nugroho di Bengkayang, Rabu.
Selain itu juga, Polres Bengkayang memastikan keamanan di lokasi ibadah umat Tionghoa, yang terdiri dari kelenteng dan wihara.
Kapolres Teguh menyatakan bahwa pengamanan dilakukan dengan menerjunkan 135 personel gabungan, yang terdiri dari 73 anggota Polri, anggota TNI, petugas pemadam kebakaran, serta panitia internal rumah ibadah.
"Upaya ini bertujuan untuk memastikan perayaan berlangsung aman, tertib, dan kondusif," ujarnya.
Sejumlah lokasi utama yang mendapat perhatian khusus dalam pengamanan ini antara lain, Kelenteng Ariamarama Bengkayang. Kelenteng ini kata dia, merupakan salah satu kelenteng terbesar di Bengkayang yang dipadati ratusan umat sejak sore hingga menjelang tengah malam.
Kemudian ada, Wihara Buddha Maitreya. Wihara ini menjadi pusat ibadah umat Buddha di wilayah Bengkayang, dengan agenda doa bersama dan persembahan kepada leluhur.
Selanjutnya, Kelenteng Sak Ja, yang merupakan tempat ibadah yang rutin menggelar tradisi sembahyang besar pada malam Tahun Baru Imlek.
Untuk mengantisipasi berbagai potensi gangguan, Polres Bengkayang telah menerapkan langkah-langkah strategis, yaitu melakukan patroli secara berkala di sekitar rumah ibadah, menempatkan personel kepolisian di tempat ibadah guna mengamankan jalannya peribadatan.
"Selain itu juga melakukan pengaturan arus lalu lintas untuk menghindari kemacetan di sekitar lokasi ibadah dan berkoordinasi dengan panitia Imlek serta tokoh masyarakat guna memastikan perayaan berjalan dengan lancar," ujarnya.
Dia menegaskan, Polres Bengkayang komitmennya dalam memberikan rasa aman kepada masyarakat, terutama dalam momen perayaan keagamaan seperti Imlek.
Dengan mengusung konsep "Polri Presisi", pengamanan ini diharapkan dapat memberikan ketenangan bagi umat Tionghoa dalam menjalankan ibadah dan menyambut Tahun Baru dengan penuh keberkahan.
Sementara itu, Bupati Bengkayang Sebastianus Darwis menyatakan, bahwa perayaan Imlek merupakan momentum penting yang wajib didukung oleh seluruh pihak. Selain itu, ia juga meminta panitia memastikan alat peraga tidak menyinggung unsur etnis atau agama lain.
"Hindari atribut yang dapat memicu konflik SARA. Perayaan imlek bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga momen penting untuk memperkuat ikatan sosial di tengah masyarakat yang majemuk di Bengkayang, dengan keragaman suku, agama, dan budaya, adalah cerminan dari keindahan bhineka tunggal ika," kata Bupati.
Oleh karena itu, dia menekankan pentingnya membangun kebersamaan dan saling menghormati diantara masyarakat. Kebersamaan dan saling menghormati adalah kunci untuk mewujudkan toleransi beragama di tengah perbedaan.
"Kita dapat menemukan persamaan yang mengikat kita sebagai satu bangsa. Dengan menghargai perbedaan, kita memperkuat pondasi persatuan dan kesatuan, yang menjadi kekuatan utama dalam menghadapi berbagai tantangan di masa depan," ujarnya.
Dia juga mengajak, semua masyarakat Bengkayang jadikan perayaan Imlek ini sebagai momentum untuk memperkuat komitmen dalam menjaga persatuan dan keutuhan bangsa.