Pontianak (ANTARA) - Perayaan Tahun Baru Imlek identik dengan berbagai tradisi yang sarat makna, salah satunya adalah pemberian angpau.
Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), Yo Nguan Cua, dalam acara open house di kediamannya, Rabu menjelaskan bahwa angpau bukan sekadar pemberian uang, tetapi memiliki filosofi mendalam.
"Angpau merupakan simbol doa dan harapan baik. Orang yang sudah menikah memberikan angpau kepada anak-anak dan mereka yang belum menikah sebagai bentuk kepedulian, kebersamaan, serta harapan agar penerima mendapat rezeki dan keberuntungan di tahun yang baru," ujar Yo Nguan Cua.
Ia mengatakan bahwa angpau yang diberikan dalam amplop berwarna merah berisi uang itu diberikan sebagai hadiah kepada seseorang. Dan dalam tradisi Tionghoa, pemberi angpau biasanya adalah orang yang telah menikah dan biasanya diberikan kepada anak-anak, para lajang dan orang tua (dari anaknya) pada perayaan Tahun Baru Imlek.
Angpau memiliki arti bungkusan merah tersebut melambangkan kemeriahan serta kehangatan. Karena itu warna merah mendominasi ornamen perayaan Tahun Baru Imlek di seluruh dunia.
Pemberian angpau kepada orang yang belum menikah bukan hanya berbagi rezeki tetapi juga doa agar cepat mendapatkan jodoh. Jika orang yang belum menikah ingin memberikan angpau, dapat memberikannya tanpa dibungkus amplop merah tersebut. Tidak ada aturan untuk besaran jumlah uang di amplop angpau. Nominalnya dapat disesuaikan dengan kemampuan yang memberi.
"Angpau merupakan simbol doa dan harapan baik. Orang yang sudah menikah memberikan angpau kepada anak-anak dan mereka yang belum menikah sebagai bentuk kepedulian, kebersamaan, serta harapan agar penerima mendapat rezeki dan keberuntungan di tahun yang baru," ujar Yo Nguan Cua.
Menurutnya, warna merah pada amplop angpau melambangkan keberuntungan dan perlindungan dari hal-hal negatif. Tradisi ini juga menjadi momen berbagi kebahagiaan serta mempererat hubungan kekeluargaan dan sosial di masyarakat Tionghoa.
Selain itu, ia menambahkan bahwa nominal uang dalam angpau bukanlah hal yang utama. Yang lebih penting adalah niat tulus dari pemberi dalam memberikan doa dan restu kepada penerima. "Lebih dari sekadar materi, angpau adalah wujud kasih sayang dan harapan baik yang diwariskan dari generasi ke generasi," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Yo Nguan Cua bersama istri dan anak serta menantunya melakukan prosesi membagikan angpau kepada ketujuh cucunya. Sebelum menerima angpau, anak-anak memberikan pai cia atau tradisi penghormatan kepada orang yang lebih tua.
Pai cia dilakukan dengan cara membungkukkan badan atau menyatukan kedua tangan sambil mengucapkan doa dan harapan baik. Tradisi ini mencerminkan rasa hormat, tata krama serta hubungan harmonis dalam keluarga.
Dalam acara open house tersebut, turut hadir atraksi liong naga yang memukau para tamu. Permainan naga ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga memiliki makna mendalam dalam budaya Tionghoa. Naga melambangkan kekuatan, kebijaksanaan, dan keberuntungan. Gerakan lincah dan dinamis dalam atraksi ini dipercaya dapat mengusir energi negatif dan membawa keberkahan bagi lingkungan sekitar.
"Tarian naga yang mendatangi rumah warga bertujuan untuk mengusir roh jahat agar hidup bisa berjalan damai dan tentram," ujar Yo Nguan Cua.
Pada kesempatan tersebut Yo Nguan Cua juga mengajak masyarakat untuk tetap menjaga nilai-nilai tradisi Imlek, termasuk berbagi kebahagiaan dengan sesama.
"Di tahun yang baru ini, semoga kita semua diberikan kesehatan, kelimpahan rezeki, serta kehidupan yang lebih baik," katanya.
Baca juga: Polres Kubu Raya amankan 43 kelenteng dan wihara saat Imlek
Baca juga: Kapolresta Pontianak pastikan perayaan Imlek berjalan kondusif
Baca juga: Polres Bengkayan amankan 24 titik utama perayaan Imlek