Pontianak (Antara Kalbar) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Pontianak menyatakan, peringatan peristiwa titik kulminasi matahari di Tugu Khatulistiwa Pontianak yang jatuh pada tanggal 21-23 Maret mendatang, tanpa acara seremoni.

"Meskipun tidak ada acara seremoni, bukan berarti tidak ada serangkaian kegiatan budaya dan wisata, tetap ada cuma seremoninya saja yang tidak ada," kata Kepala Disbudpar di Pontianak, Hilfira Hamid di Pontianak, Sabtu.

Ia menjelaskan, pihaknya hanya menggelar beberapa aktivitas pada kegiatan tersebut, seperti menyajikan beberapa kios kios untuk kuliner, serta hiburan untuk musik-musik tradisional.

Pada hari puncaknya, tanggal 23 Maret, baru diadakan berbagai macam kesenian, katanya.

Hilfira menambahkan, peringatan titik kulminasi matahari atau tanpa bayang tersebut, terjadi dua kali dalam setahun, yakni tanggal 21-23 Maret dan September.

"Kami baru akan mengadakan acara seremoni, pada peristiwa kulminasi matahari, 21-23 September mendatang," ungkapnya.

Sebagaimana lazimnya, pada saat peristiwa kulminasi matahari terjadi, benda yang ditancapkan tegak lurus tidak terlihat bayangannya.

Pasalnya, matahari berada tegak lurus di atas kepala manusia pada tanggal 21-23 Maret pukul 11.50 WIB, dan tanggal 21-23 September jam pukul 11.38 WIB di Tugu Khatulistiwa Pontianak.

Kulminasi matahari merupakan peristiwa alam yang hanya terjadi di lima negara, antara lain di Indonesia, tepatnya di Pontianak.

Ke-4 negara lain, masing-masing Afrika, yaitu Gabon, Zaire, Uganda, Kenya dan Somalia.

Di Amerika Latin, garis itu juga melintasi empat negara yaitu, Equador, Peru, Columbia dan Brazil.

Dari semua kota atau negara yang dilewati tersebut, hanya ada satu di dunia ini yang dibelah atau dilintasi secara persis oleh garis khatulistiwa, yaitu Kota Pontianak.

"Sehingga ini menjadi ciri khusus. Karena itulah Kota Pontianak juga dikenal dengan sebutan Kota Khatulistiwa," kata Hilfira
(A057)

Pewarta: Andilala

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013