Pontianak (Antara Kalbar) - Sekitar sepuluh ribu jiwa warga Desa Mega Timur, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, mengaku "was-was" terhadap ancaman banjir luapan Sungai Malaya, karena mulai menggenangi halaman rumah warga setempat.
"Ketinggian air saat ini sudah di atas lutut orang dewasa atau sekitar 50 sentimeter, sehingga kalau diguyur hujan lebat lagi, genangan air akan memasuki rumah warga kami," kata Kepala Desa Mega Timur, Adam, saat dihubungi dari Pontianak, Selasa.
Adam menjelaskan, banjir yang saat ini merendam ratusan rumah warga di Desa Mega Timur sudah terjadi sejak dua hari terakhir. Banjir itu akibat luapan air Sungai Malaya dan sekitar lima sentimter lagi sudah masuk ke dalam rumah.
"Kalau hari ini daerah pehuluan Sungai Malaya kembali diguyur hujan lebat, maka kemungkinan besar rumah kami akan ikut terendam air," ungkap Adam.
Akibat banjir tersebut, sekitar empat ribu kepala keluarga Desa Mega Timur yang rata-rata bermata pencaharian petani karet dan nanas, sudah dua hari terakhir tidak bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari, katanya.
"Alhamdulillah hingga saat ini kami belum sampai mengungsi, dan mudah-mudahan tidak sampai ikut mengungsi akibat banjir tahun ini," doa Adam.
Menurut dia, banjir tersebut diakibatkan, pendangkalan Sungai Malaya, serta dorongan air dari hulu sungai itu, karena di hulu Sungai Malaya ada perkebunan sawit.
"Hampir setiap tahun kami selalu terkena dampak banjir dari pembukaan lahan sawit tersebut. Sementara pihak perkebunan hingga kini belum memberikan solusi dalam mengatasi dampak dari pembukaan perkebunan sawit mereka terhadap lingkungan sekitarnya," ujarnya.
Kepala Desa Mega Timur menambahkan, hari ini Dinas Sosial Kabupaten Kubu Raya akan memberikan bantuan berupa mie instan, beras, dan ikan kaleng kepada sejumlah warga yang paling parah terkena dampak banjir tersebut.
Data Kades Mega Timur, mencatat ada beberapa kawasan pemukiman warga yang saat ini terendam banjir dengan ketinggian bervariasi, atau yang paling parah terendam dengan ketinggian sekitar 50 sentimter, diantaranya kawasan pemukiman di Parit Banjar, dan Parit Arang kawasan Sungai Malaya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Ketinggian air saat ini sudah di atas lutut orang dewasa atau sekitar 50 sentimeter, sehingga kalau diguyur hujan lebat lagi, genangan air akan memasuki rumah warga kami," kata Kepala Desa Mega Timur, Adam, saat dihubungi dari Pontianak, Selasa.
Adam menjelaskan, banjir yang saat ini merendam ratusan rumah warga di Desa Mega Timur sudah terjadi sejak dua hari terakhir. Banjir itu akibat luapan air Sungai Malaya dan sekitar lima sentimter lagi sudah masuk ke dalam rumah.
"Kalau hari ini daerah pehuluan Sungai Malaya kembali diguyur hujan lebat, maka kemungkinan besar rumah kami akan ikut terendam air," ungkap Adam.
Akibat banjir tersebut, sekitar empat ribu kepala keluarga Desa Mega Timur yang rata-rata bermata pencaharian petani karet dan nanas, sudah dua hari terakhir tidak bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari, katanya.
"Alhamdulillah hingga saat ini kami belum sampai mengungsi, dan mudah-mudahan tidak sampai ikut mengungsi akibat banjir tahun ini," doa Adam.
Menurut dia, banjir tersebut diakibatkan, pendangkalan Sungai Malaya, serta dorongan air dari hulu sungai itu, karena di hulu Sungai Malaya ada perkebunan sawit.
"Hampir setiap tahun kami selalu terkena dampak banjir dari pembukaan lahan sawit tersebut. Sementara pihak perkebunan hingga kini belum memberikan solusi dalam mengatasi dampak dari pembukaan perkebunan sawit mereka terhadap lingkungan sekitarnya," ujarnya.
Kepala Desa Mega Timur menambahkan, hari ini Dinas Sosial Kabupaten Kubu Raya akan memberikan bantuan berupa mie instan, beras, dan ikan kaleng kepada sejumlah warga yang paling parah terkena dampak banjir tersebut.
Data Kades Mega Timur, mencatat ada beberapa kawasan pemukiman warga yang saat ini terendam banjir dengan ketinggian bervariasi, atau yang paling parah terendam dengan ketinggian sekitar 50 sentimter, diantaranya kawasan pemukiman di Parit Banjar, dan Parit Arang kawasan Sungai Malaya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013