Manila (Antara Kalbar/AFP) - Lima orang tewas salam serangan terpisah di Filipina selatan, kata polisi dan militer pada Ahad, dan seorang wartawan radio diculik oleh kelompok bersenjata sehari menjelang pemilihan umum.

Dua pria bersenjata menculik wartawan radio Melinda Jennifer Glifonea pada Ahad subuh di restoran di Candelaria, kota tiga jam perjalanan mobil ke selatan Manila.

"Kami tidak mengabaikan kemungkinan penculikan ada kaitannya dengan pekerjaannya," kata juru bicara kepolisian lokal Inspektur kepala Edcille Canals kepada AFP melalui telepon.

Ia mengatakan Glifonea dikenal dengan komentar politiknya yang menyakitkan dalam stasiun radio lokal 103.1FM Edgeradio. Ia tidak menjelaskan lebih jauh.

Penculikannya terjadi pada akhir kekerasan akhir pekan yang menewaskan lima orang dalam kampanye menjelang pemungutan suara Senin di mana lebih dari 18.000 jabatan akan diperebutkan, mulai dari walikota sampai gubernur dan anggota parlemen.

Pemberontak komunis Tentara Rakyat Baru (BPA) di Filipina selatan Sabtu menyerang konvoi wali kota Joelito Jacosalem Talaid, mencederai politisi itu dan membunuh empat dari para pengawalnya.

Talaid, yang berusaha untuk terpilih kembali sebagai wali kota Kadingilan, pulau Mindanao, membawa banyak uang ketika konvoinya jadi target, kata kepala kepolisian provinsi itu Inspektur kepala Orlando Binas.

NPA, yang melancarkan pemberontakan selama lebih dari 40 tahun, dikenal sering menyerang para politisi lokal yang menolak membayar uang pemerasan dengan imbalan kampanye di daerahnya aman.

Serangan terhadap Talaid terjadi pada hari yang sama ketika para pria bersenjata berat juga menyerang konvoi Omar Baba, calon walikota South Upi, juga di Mindanao.

Baba dan seorang stafnya cedera, sementara sepupunya tewas, kata komandan militer daerah itu Kolonel Dickson Hermoso.

Hermoso mengatakan tidak ada seorangpun yang mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap Baba, tetapi menyatakan South Upi sebelumnya dinyatakan termasuk "tempat panas" di mana aksi kekerasan mungkin meletus.

Enam kandidat lainnya ikut bersaing bagi jabatan wali kota itu, katanya.

Saling bunuh di kalangan para politisi merupakan hal biasa dalam politik lokal di seluruh Filipina, di mana penyebaran senjata api yang tidak berizin telah lama menjengkelkan situasi politik.

Lebih dari 60 orang tewas selama kampanye, yang dimulai Februari, dan pemerintah mengerahkan pasukan tambahan dan polisi ke tempat rawan kerusuhan untuk mencegah pertumpahan darah lebih banyak selama pemungutan suara Senin.

        (R. Nurdin)

Pewarta:

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013