Jakarta (Antara Kalbar) - Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu Indonesia (Apegti) menyatakan kasus perembesan gula rafinasi yang terjadi di sejumlah daerah dinilai bakal menjatuhkan harga gula yang diproduksi oleh petani di Tanah Air.
"Perembesan gula rafinasi di pasaran umum menyebabkan jatuhnya harga gula konsumsi yang diproduksi sehingga mereka menemui kesulitan untuk bersaing di pasaran," kata Ketua Umum Apegti Natsir Masyur, Minggu.
Menurut Natsir, perembesan tersebut mengakibatkan gula konsumsi yang diproduksi petani di pasaran umum jatuh dari harga Rp9.500 per kilogram menjadi di bawah Rp8.500 per kilogram.
Hal itu, ujar dia, karena ditemukan adanya perembesan gula rafinasi yang harganya hanya sekitar Rp8.000 per kilogram sehingga gula petani tidak laku dan tidak terserap pasar.
Ia menegaskan bahwa pihaknya meminta agar pemerintah bisa terbuka dengan masalah audit gula rafinasi seperti yang sebelumnya dijanjikan oleh pemerintah beberapa tahun lalu sejak 2011 hingga 2013 ini.
"Supaya jelas masalahnya, jangan audit gula rafinasi ini ditutup-tutupi. Peraturan sudah tegas mengatur gula rafinasi," kata Natsir yang juga merupakan Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pemberdayaan Daerah dan Bulog.
Dia juga mengatakan bahwa impor raw sugar gula rafinasi meningkat menjadi 3 juta ton pada tahun 2013.
Apegti mengingatkan agar pemerintah terkait dengan Komisi VI DPR RI memperhatikan kondisi tersebut dengan kebijakan yang sudah ditentukan.
"Jangan sampai regulasi yang sudah dibuat oleh Pemerintah tetapi justru pemerintah sendiri yang menyalahi regulasi yang ada," ujarnya.
Ia memperingatkan bahwa permasalahan tersebut perlu diwaspadai karena juga berpotensi akan mengakibatkan pabrik gula berbasis tebu di Jawa akan tutup bila persoalan itu tidak ditangani serius oleh Pemerintah.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Perembesan gula rafinasi di pasaran umum menyebabkan jatuhnya harga gula konsumsi yang diproduksi sehingga mereka menemui kesulitan untuk bersaing di pasaran," kata Ketua Umum Apegti Natsir Masyur, Minggu.
Menurut Natsir, perembesan tersebut mengakibatkan gula konsumsi yang diproduksi petani di pasaran umum jatuh dari harga Rp9.500 per kilogram menjadi di bawah Rp8.500 per kilogram.
Hal itu, ujar dia, karena ditemukan adanya perembesan gula rafinasi yang harganya hanya sekitar Rp8.000 per kilogram sehingga gula petani tidak laku dan tidak terserap pasar.
Ia menegaskan bahwa pihaknya meminta agar pemerintah bisa terbuka dengan masalah audit gula rafinasi seperti yang sebelumnya dijanjikan oleh pemerintah beberapa tahun lalu sejak 2011 hingga 2013 ini.
"Supaya jelas masalahnya, jangan audit gula rafinasi ini ditutup-tutupi. Peraturan sudah tegas mengatur gula rafinasi," kata Natsir yang juga merupakan Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pemberdayaan Daerah dan Bulog.
Dia juga mengatakan bahwa impor raw sugar gula rafinasi meningkat menjadi 3 juta ton pada tahun 2013.
Apegti mengingatkan agar pemerintah terkait dengan Komisi VI DPR RI memperhatikan kondisi tersebut dengan kebijakan yang sudah ditentukan.
"Jangan sampai regulasi yang sudah dibuat oleh Pemerintah tetapi justru pemerintah sendiri yang menyalahi regulasi yang ada," ujarnya.
Ia memperingatkan bahwa permasalahan tersebut perlu diwaspadai karena juga berpotensi akan mengakibatkan pabrik gula berbasis tebu di Jawa akan tutup bila persoalan itu tidak ditangani serius oleh Pemerintah.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013