Jakarta (Antara Kalbar) - Hasil survei nasional dari Lembaga Survei Charta Politika menyatakan bahwa Joko Widodo (Jokowi) lebih diharapkan oleh publik untuk menjadi calon presiden (capres) daripada menjadi calon wakil presiden (cawapres).

"Publik cenderung tidak menginginkan Joko Widodo menjadi cawapres. Saat dilakukan simulasi pasangan (capres-cawapres), perolehan suara Jokowi selalu di atas 40 persen bila dipasangkan dengan siapapun," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya dalam diskusi politik bertema "Meneropong Pemilu 2014 Melalui Survei" di Jakarta, Senin.

Yunarto mengatakan berdasarkan hasil survei, Jokowi cenderung diterima di semua kalangan.

Hal itu, kata dia, dapat terlihat pada komposisi responden yang memilih Jokowi cenderung merata, baik dari jenis kelamin pria maupun wanita.

Ia menambahkan responden pemilih Jokowi pun berasal dari hampir semua kalangan usia, yaitu usia di bawah 19 tahun sebanyak 47,9 persen sampai dengan pemilih berusia di atas 50 tahun atau lebih dengan persentase 54,5 persen.

"Para responden yang memilih Jokowi pun berasal dari hampir semua strata pendidikan masyarakat, baik yang tidak sekolah sebesar 54,5 persen maupun yang tamat S1 atau lebih tinggi dengan jumlah 41,1 persen," ungkapnya.

Secara internal, kata Yunarto, Jokowi lebih bisa diterima konstituen (pemilih) PDIP dibandingkan dengan Megawati Soekarnoputri.

"Jika di 'cross tab' konstituen PDIP yang memilih Jokowi sebagai capres ada sebanyak 67,2 persen, dan hanya 10,6 persen konstituen PDIP yang memilih Megawati jika menjadi capres," jelasnya.

Selanjutnya, ia mengatakan bahwa hasil survei pun menunjukkan bila Jokowi maju hanya sebagai cawapres berpasangan dengan Megawati, perolehan suara akan turun menjadi 23,3 persen.

Pada kesempatan itu, ia pun mengungkapkan saat survei dilakukan, PDIP berhasil menempati posisi teratas dengan angka elektabilitas sebesar 15,8 persen, disusul Partai Golkar pada posisi kedua dengan 12,6 persen, lalu Partai Gerindra 7,8 persen.

Charta Politika melakukan survei opini publik skala nasional pada 28 November - 6 Desember 2013 melalui wawancara tatap muka (face to face interview).

Populasi survei adalah seluruh WNI yang telah mempunyai hak pilih dalam pemilu atau telah berusia 17 tahun ke atas ketika survei dilakukan. Jumlah sampel pada survei itu sebanyak 1.200 responden.

Sampel dipilih sepenuhnya secara acak dengan menggunakan metode penarikan sampel acak bertingkat (multistage random sampling), dengan tetap memperhatikan karakter pemilih dan proporsi antara jumlah sampel dengan jumlah pemilih di setiap provinsi.

Pewarta: Yuni Arisandy

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013