Vatikan (Antara/AFP) - Uskup agung Republik Afrika Tengah pada Kamis mengutuk serangan terhadap warga Muslim oleh kelompok milisi Kristen di negaranya, dengan mengatakan kekerasan tidak sejalan dengan iman.

"Anda tidak dapat mengatakan Anda orang Kristen dan membunuh, membakar, menghancurkan saudaramu," kata Dieudonne Nzapalainga, uskup agung Bangui, kepada Radio Vatikan.

Ia menyatakan anggota milisi anti-balaka tidak percaya bahwa mereka sejalan dengan iman mereka dan merumuskan serangan mereka sebagai perjuangan untuk kekuasaan.

"Imam, pastor dan saya pribadi, kami berbicara dalam bahasa sama. Kami meminta yang menggunakan, yang memanfaatkan orang muda, bertanggung jawab di tingkat nasional dan internasional," kata ulama Katolik itu.

Amnesty International pada Rabu mengecam pemusnahan suku di negara itu, dengan menyatakan merekam sedikitnya 200 pembunuhan warga Muslim oleh kelompok milisi Kristen, yang didirikan sesudah kudeta pada Maret 2013 oleh pemberontakan Seleka, yang sebagian besar Muslim.

Negara miskin dengan sebagian besar penduduk Kristen itu mengalami kekacauan pada Maret 2013 sesudah pemberontakan tersebut menggulingkan pemerintah, yang memicu kekerasan mematikan menelantarkan satu juta orang dari 4,6 juta penduduknya.

Kekejaman, takut serangan dan kekurangan makanan menelantarkan seperempat dari penduduk negara itu, sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa dan lembaga bantuan memperkirakan sedikit-dikitnya dua juta orang memerlukan bantuan kemanusiaan.

Badan pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Rabu meluncurkan bantuan darurat pangan lewat udara ke Republik Afrika Tengah, meski bantuan tersebut diakui tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan di negara bergolak tersebut.

Badan Pangan Dunia (WFP) menyatakan akan menerbangkan pasokan pangan untuk satu bulan dari Douala di Kamerun ke ibukota Afrika Tengah, Bangui, yang diperkirakan cukup untuk 150 ribu orang.

"Itu gerakan sedikit istimewa, gerakan darurat lewat udara, yang terbesar, lebih besar daripada Suriah dan Filipina," kata jurubicara WFP Alexis Masciarelli kepada AFP.

Namun, ia menambahkan bahwa gerakan tersebut "pastinya tidak akan memecahkan masalah".

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, 1,3 juta orang atau hampir seperempat penduduk negara itu membutuhkan bantuan pangan segera, terutama di kampung penampung lebih dari 800 ribu pengungsi, yang menghindari kekerasan aliran di negara itu.

Pewarta:

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014