Pekanbaru (Antara Kalbar) - Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mewanti-wanti pemerintah daerah di Provinsi Riau untuk benar-benar serius menanggulangi bencana kebakaran dan asap, demi menghindari pemerintah Indonesia malu untuk kedua kalinya apabila asap kembali mencapai negara tetangga.
"Malu betul kita kalau terjadi berturut-turut seperti tahun lalu. Jangan sampai Presiden harus dua kali meminta maaf kepada negara lain karena asap," kata Zulkifli saat meninjau Posko Satgas Tanggap Darurat Asap di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Rabu.
Ia mengaku prihatin dengan meluasnya kebakaran di Riau yang terjadi sejak akhir Januari, padahal belum lama kondisi serupa terjadi pada Agustus 2013.
Apalagi, ia mengatakan puncak kemarau baru akan terjadi pada bulan Juni-Juli dan arah angin bakal ke negara tetangga.
Karena itu, ia meminta Gubernur Riau dan pemerintah kabupaten/kota untuk bersikap tegas mengambil kebijakan, terutama untuk pencegahan dini kebakaran lahan dan hutan.
Untuk pencegahan jangka pendek, Zulkifli meminta adanya penganggaran yang memadai untuk patroli bersama lewat udara yang melibatkan TNI-Polri dan dinas kehutanan setempat untuk memberikan efek jera bagi pelaku pembakar lahan.
"Untuk solusi jangka panjang gubernur harus cari alternatif agar warga tidak membuka lahan dengan membakar lagi," katanya.
Komandan Satgas Tanggap Darurat Asap Brigjen TNI Prihadi Agus mengatakan belum bisa memastikan apakah seluruh kebakaran bisa padam sesuai target selama 14 hari sejak tanggap darurat diberlakukan pada 26 Februari. Luas kebakaran lahan dan hutan berdasarkan data tanggal 4 Februari lalu sudah mencapai 11.138 hektare.
Sedangkan, jumlah warga yang terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) lebih dari 31.000 jiwa.
"Semoga saja bisa segera padam karena sekarang kita keroyok dengan pasukan darat, udara dan modifikasi cuaca untuk hujan buatan," katanya.
(M.M. Astro)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
"Malu betul kita kalau terjadi berturut-turut seperti tahun lalu. Jangan sampai Presiden harus dua kali meminta maaf kepada negara lain karena asap," kata Zulkifli saat meninjau Posko Satgas Tanggap Darurat Asap di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Rabu.
Ia mengaku prihatin dengan meluasnya kebakaran di Riau yang terjadi sejak akhir Januari, padahal belum lama kondisi serupa terjadi pada Agustus 2013.
Apalagi, ia mengatakan puncak kemarau baru akan terjadi pada bulan Juni-Juli dan arah angin bakal ke negara tetangga.
Karena itu, ia meminta Gubernur Riau dan pemerintah kabupaten/kota untuk bersikap tegas mengambil kebijakan, terutama untuk pencegahan dini kebakaran lahan dan hutan.
Untuk pencegahan jangka pendek, Zulkifli meminta adanya penganggaran yang memadai untuk patroli bersama lewat udara yang melibatkan TNI-Polri dan dinas kehutanan setempat untuk memberikan efek jera bagi pelaku pembakar lahan.
"Untuk solusi jangka panjang gubernur harus cari alternatif agar warga tidak membuka lahan dengan membakar lagi," katanya.
Komandan Satgas Tanggap Darurat Asap Brigjen TNI Prihadi Agus mengatakan belum bisa memastikan apakah seluruh kebakaran bisa padam sesuai target selama 14 hari sejak tanggap darurat diberlakukan pada 26 Februari. Luas kebakaran lahan dan hutan berdasarkan data tanggal 4 Februari lalu sudah mencapai 11.138 hektare.
Sedangkan, jumlah warga yang terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) lebih dari 31.000 jiwa.
"Semoga saja bisa segera padam karena sekarang kita keroyok dengan pasukan darat, udara dan modifikasi cuaca untuk hujan buatan," katanya.
(M.M. Astro)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014