Jakarta (Antara Kalbar) - Wakil Presiden Boediono mengharapkan muslimah Indonesia dapat merumuskan peran strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta menyusun aksi nyata melakukan pembinaan dalam rangka ketahanan keluarga, pendidikan, dan ekonomi menghadapi tantangan global.
"Dalam setiap masanya sosok muslimah diharapkan dapat menjadi lentera yang menerangi tidak hanya bagi keluarganya tetapi juga bagi masyarakat, negara, dan umat dengan berbagai kontribusinya," kata Boediono di Istana Bogor, Sabtu.
Hal tersebut disampaikan saat membuka Kongres Muslimah Indonesia yang antara lain dihadiri Ibu Herawati Boediono dan Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar.
Menurut Wapres, Kongres Muslimah Indonesia memiliki makna yang penting sebagai forum musyawarah di lingkungan organisasi muslimah Indonesia dan tahun pesta demokrasi ini merupakan momentum strategis merumuskan peran muslimah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ditambahkannya, peranan muslimah sangat penting tidak hanya dalam lingkup keluarga, namun juga dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan tentunya dalam pengembangan umat.
Boediono mengatakan bahwa Islam tidak pernah melarang perempuan untuk maju dan bahkan dalam banyak kasus, perempuan ternyata jauh lebih cerdas dan sukses dibanding laki-laki.
"Ini membuktikan, tidak semua hal bisa ditangani lelaki dan ada sebagiannya memang lebih baik ditangani kaum perempuan - baik mencakup dunia politik," kata Boediono.
Al Quran dalam kehidupan masyarakat, kata Wapres, secara umum menempatkan perempuan pada posisi yang seimbang dengan laki-laki.
Dalam kehidupan bermasyarakat hak dan kewajiban keduanya tidaklah berbeda.
"Keduanya sama-sama dihormati kedudukannya oleh syariah, dilindungi, dan juga dibebani kewajiban yang sama," kata Wapres.
Ketua Panitia Kongres Muslimah Indonesia Welya Safri mengatakan Muslimah Indonesia sebagai bagian dari masyarakat harus mengambil peran terutama berkaitan dengan akhlak.
"Kuatnya suatu bangsa tentunya ditentukan oleh akhlak bangsa itu sendiri," kata Welya.
Untuk itu, dikatakan Welya, Kongres Muslimah Indonesia yang baru pertama kali dilaksanakan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi langkah kerja dari para cendekiawan dan ulama dalam membina akhlak bangsa.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
"Dalam setiap masanya sosok muslimah diharapkan dapat menjadi lentera yang menerangi tidak hanya bagi keluarganya tetapi juga bagi masyarakat, negara, dan umat dengan berbagai kontribusinya," kata Boediono di Istana Bogor, Sabtu.
Hal tersebut disampaikan saat membuka Kongres Muslimah Indonesia yang antara lain dihadiri Ibu Herawati Boediono dan Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar.
Menurut Wapres, Kongres Muslimah Indonesia memiliki makna yang penting sebagai forum musyawarah di lingkungan organisasi muslimah Indonesia dan tahun pesta demokrasi ini merupakan momentum strategis merumuskan peran muslimah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ditambahkannya, peranan muslimah sangat penting tidak hanya dalam lingkup keluarga, namun juga dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan tentunya dalam pengembangan umat.
Boediono mengatakan bahwa Islam tidak pernah melarang perempuan untuk maju dan bahkan dalam banyak kasus, perempuan ternyata jauh lebih cerdas dan sukses dibanding laki-laki.
"Ini membuktikan, tidak semua hal bisa ditangani lelaki dan ada sebagiannya memang lebih baik ditangani kaum perempuan - baik mencakup dunia politik," kata Boediono.
Al Quran dalam kehidupan masyarakat, kata Wapres, secara umum menempatkan perempuan pada posisi yang seimbang dengan laki-laki.
Dalam kehidupan bermasyarakat hak dan kewajiban keduanya tidaklah berbeda.
"Keduanya sama-sama dihormati kedudukannya oleh syariah, dilindungi, dan juga dibebani kewajiban yang sama," kata Wapres.
Ketua Panitia Kongres Muslimah Indonesia Welya Safri mengatakan Muslimah Indonesia sebagai bagian dari masyarakat harus mengambil peran terutama berkaitan dengan akhlak.
"Kuatnya suatu bangsa tentunya ditentukan oleh akhlak bangsa itu sendiri," kata Welya.
Untuk itu, dikatakan Welya, Kongres Muslimah Indonesia yang baru pertama kali dilaksanakan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi langkah kerja dari para cendekiawan dan ulama dalam membina akhlak bangsa.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014