Jakarta (Antara Kalbar) - Pujian, kritik, dan saran tertuang dalam buku "Ahok untuk Indonesia" yang ditulis ramai-ramai oleh penulis blog di media warga Kompasiana atau disebut Kompasianer.

Ya, siapa yang tidak kenal Ahok? Pria kelahiran Gantung, Belitung Timur bernama lengkap Basuki Tjahaja Purnama itu telah mencuri perhatian.

Meskipun menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta, yang notabene-nya hanya orang kedua, Ahok bersinar dengan caranya sendiri.

Dia bukan orang kedua kebanyakan yang hanya menjadi ban serep atau tersembunyi di balik layar, tetapi Ahok bersama pimpinannya, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, menjadi "media darling" yang selalu menjadi pemberitaan.

Ahok adalah orang kedua yang istimewa, setidaknya itu lah yang menjadi ide dibuatnya buku setebal 260 halaman terbitan Elex Media ini. Buku "Ahok untuk Indonesia" ini merupakan seri lanjutan setelah "Jokowi (bukan) untuk Presiden" yang juga ditulis oleh kompasianer.

"Kami melihat Ahok bukan sekedar milik Jakarta, tetapi representasi Indonesia. Dari munculnya Ahok, pluralisme tumbuh segar. Orang tidak mempersoalkan lagi suku dan agama," kata Manajer Kompasiana Pepih Nugraha dalam acara bedah buku "Ahok untuk Indonesia" di Jakarta, Rabu (21/5) malam.

Setidaknya sudah hampir 5.000 tulisan di Kompasiana tentang Jokowi dan Ahok.

"Saya pikir sayang kalau tidak digarap. Naskahnya sangat banyak, ya sudah kenapa tidak dikumpulkan," ujar Nurulloh yang bertindak sebagai editor.

Dengan proses hampir setahun, buku ini langsung laris di pasaran meskipun tulisan-tulisan yang ada di buku ini sudah ditampilkan di blog Kompasiana. Dalam waktu dua minggu, buku ini sudah ludes 5.000 ekslempar dan naik cetak dua kali.

"Tulisan-tulisan dalam buku ini menarik banget, plastis. Tidak ada intensi untuk bergenit-genit seperti intelektual," kata penulis dan juga pengamat politik Fadjroel Rachman.

    
                    Pujian dan Kritikan
Ahok merupakan keturunan Tionghoa yang memiliki nama Tionghoa Zhong Wan Xie. Sejak awal kemunculannya, tidak jarang mantan Bupati Belitung Timur itu didera isu SARA. Namun Ahok sudah terlanjur dicintai rakyatnya.

Salah satu penulis, Michael Sendow, menyebut Ahok sebagai ikan salmon yang berani melawan arus. Michael menuliskan perjalanan Ahok bagai ikan Salmon yang harus melompat melawan arus dan harus 'berenang' mengarungi lautan pengabdian dengan jalan yang tidak disukai banyak orang.

Penulis lainnya Heidy Sengkey menilai Ahok memang kerap berbicara keras. Ketegasan dan kerasnya Ahok dalam berbicara bisa dianggap titik lemah oleh sebagian orang tetapi menurut Heidy tingkah laku dan apa yang dilakukan Ahok diketahui jelas tujuannya.

Puji-pujian memang mengalir dari sejumlah penulis terutama dari gaya kepemimpinan Ahok. Penulis Fidel Dapati Giawa bahkan berpendapat agar para pemimpin sebaiknya belajar konstitusi pada ahok. Menurutnya Ahok telah memperlihatkan konsistensi akan pilihan mengutamakan amanat konstitusi daripada larut dalam polemik.

Sementara itu, penulis Piter Randan memilih untuk mengangkat sosok perempuan dibalik kesuksesan Ahok, Veronica Tan. Piter mampu menggambarkan dengan baik bagaimana istri Ahok tersebut sebagai penolong dan pendamping setia Ahok dalam debutnya di politik. Dalam tulisannya Piter menguraikan dengan indah bagaimana Veronica berhasil menguatkan Ahok melawan korupsi.

Namun manusia memang tidak ada yang sempurna. Ahok juga tidak luput dari kritikan yang justru membuat buku ini tidak hambar.

Dalam tulisan Amalia E Maulana, gebrakan Ahok di video ketika rapat dengan dinas Pekerjaan Umum dinilai tanpa perencanaan strategi komunikasi yang tajam. Menurutnya tidak ada lagi lanjutan dari "Cerita Gebrakan Ahok" yang sudah disuguhkan lewat Youtube. Menurutnya, tanpa kelanjutan cerita, akan menimbulkan pendapat bahwa gebrakan itu hanya untuk meningkatkan citranya.

Selain itu, Amirsyah menulis kekhawatirannya terhadap sikap tegas Ahok yang disebutnya agak temperamen itu akan ditiru oleh birokrasi di bawahnya. hesma Eryani pun berpendapat sikap Ahok dalam berbagai gebrakan menata PKL menunjukkan nyali besar. Tetapi menurutnya menata Jakarta termasuk kemacetan di DKI Jakarta tidak cukup dengan nyali besar saja namun dibutuhkan komponen pendukung lainnya.

Berbagai pandangan lainnya terangkum dalam 40 tulisan yang merupakan suara warga dan menggambarkan harapan akan Ahok sebagai pemimpin Indonesia.

Pewarta: Monalisa

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014