Pontianak (Antara Kalbar) - Serikat Jurnalis Untuk Keberagaman (Sejuk) Kalimantan Barat menyesalkan terjadinya tindak kekerasan yang dilakukan oleh warga, dengan merusak gereja di Sendoreng, Monterado, Kabupaten Bengkayang yang terjadi Minggu (8/6).
Koordinator SEJUK Kalbar, Dian Lestari di Pontianak, Selasa menyatakan meminta aparat polisi menegakkan aturan hukum agar tindak kekerasan tidak berulang.
Dia menilai kasus kekerasan tersebut letak masalahnya adalah perbedaan pandangan antara masyarakat yang mengedepankan aturan adat dan aturan agama.
"Akan lebih indah jika kita bersama-sama melakukan sinkronisasi beragam aturan adat, agama, dan negara. Adat dan agama mengajarkan kasih sayang, perdamaian. Semestinya kita semua memegang teguh intisari kebaikan dari ajaran tersebut," ujar Dian yang juga redaktur pada Harian Tribun Pontianak itu.
Karena itu pula, dia mengajak semua pihak menyadari, bahwa aturan tumbuh dan dibuat dalam jalur beragam kajian masa lalu, masa kini, dan masa mendatang.
"Mari kita bersama-sama mengkaji aturan agar pelaksanaannya selaras, berlandaskan semangat toleransi, agar tercipta dan merawat hidup yang harmonis tetap terjaga," katanya lagi.
Dian berpendapat semestinya ada tim yang membimbing secara berkelanjutan, supaya antar-masyarakat bisa saling memahami. Selain para muspida, tim sebaiknya beranggotakan sosiolog dan psikolog sebagai pembina pihak korban dan pelaku, dalam jenjang orang dewasa hingga anak-anak.
Sosiolog berperan menggali akar masalah dan menanamkan solusi damai dengan cara-cara yang tepat.
Psikolog menemukan dan memulihkan traumatik korban tindak kekerasan. Pelaku kekerasan juga perlu bimbingan secara berkelanjutan agar prasangka dan kemarahan bisa diubah menjadi sikap pengertian dan menjauhi kekerasan.
Sementara untuk media massa, dia menyarankan sebaiknya kalangan media massa menagih solusi cerdas dari pihak terkait, dengan dilakukan pembinaan intens.
Konflik tidak bisa dianggap bisa selesai dengan sendirinya, atau hanya dilakukan pembinaan selama sepekan, sebulan. Perlu bimbingan terus menerus, kata Dian Lestari.
"Kami mendesak pemerintah menerapkan pendidikan multikultur, menghargai ke-Bhinnekaan di segala jenjang pendidikan. Anak-anak sangat penting diajari budaya damai, bukan budaya kekerasan," kata Koordinator Sejuk Kalbar itu.
(N005/Z003)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
Koordinator SEJUK Kalbar, Dian Lestari di Pontianak, Selasa menyatakan meminta aparat polisi menegakkan aturan hukum agar tindak kekerasan tidak berulang.
Dia menilai kasus kekerasan tersebut letak masalahnya adalah perbedaan pandangan antara masyarakat yang mengedepankan aturan adat dan aturan agama.
"Akan lebih indah jika kita bersama-sama melakukan sinkronisasi beragam aturan adat, agama, dan negara. Adat dan agama mengajarkan kasih sayang, perdamaian. Semestinya kita semua memegang teguh intisari kebaikan dari ajaran tersebut," ujar Dian yang juga redaktur pada Harian Tribun Pontianak itu.
Karena itu pula, dia mengajak semua pihak menyadari, bahwa aturan tumbuh dan dibuat dalam jalur beragam kajian masa lalu, masa kini, dan masa mendatang.
"Mari kita bersama-sama mengkaji aturan agar pelaksanaannya selaras, berlandaskan semangat toleransi, agar tercipta dan merawat hidup yang harmonis tetap terjaga," katanya lagi.
Dian berpendapat semestinya ada tim yang membimbing secara berkelanjutan, supaya antar-masyarakat bisa saling memahami. Selain para muspida, tim sebaiknya beranggotakan sosiolog dan psikolog sebagai pembina pihak korban dan pelaku, dalam jenjang orang dewasa hingga anak-anak.
Sosiolog berperan menggali akar masalah dan menanamkan solusi damai dengan cara-cara yang tepat.
Psikolog menemukan dan memulihkan traumatik korban tindak kekerasan. Pelaku kekerasan juga perlu bimbingan secara berkelanjutan agar prasangka dan kemarahan bisa diubah menjadi sikap pengertian dan menjauhi kekerasan.
Sementara untuk media massa, dia menyarankan sebaiknya kalangan media massa menagih solusi cerdas dari pihak terkait, dengan dilakukan pembinaan intens.
Konflik tidak bisa dianggap bisa selesai dengan sendirinya, atau hanya dilakukan pembinaan selama sepekan, sebulan. Perlu bimbingan terus menerus, kata Dian Lestari.
"Kami mendesak pemerintah menerapkan pendidikan multikultur, menghargai ke-Bhinnekaan di segala jenjang pendidikan. Anak-anak sangat penting diajari budaya damai, bukan budaya kekerasan," kata Koordinator Sejuk Kalbar itu.
(N005/Z003)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014