Jakarta (Antara Kalbar) - El Nino yang diperkirakan akan terjadi pada Juli-Agustus mendatang dapat berpeluang menyebabkan mundurnya awal musim hujan di sebagian wilayah di Indonesia.

"El Nino diperkirakan aktif mulai Juli-Agustus dan dampaknya mulai dirasakan saat puncak kemarau pada Agustus-November," kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya di Jakarta, Jumat.

BMKG memprediksikan El Nino yang terjadi dengan skala lemah hingga moderat dan berdampak kekeringan di sejumlah daerah seperti Sulawesi, NTT, Jawa Timur, namun dengan kecenderungan tidak terlalu kering.

El Nino skala lemah bila anomali suhu muka laut di Samudera Pasifik 0,5 derajat celcius, sedangkan moderat suhu antara 0,5-1 derajat celcius dan dinyatakan kuat pada suhu diatas satu derajat celcius.

BMKG mencatat hingga pada Agustus mendatang suhu muka laut di Pasifik 0,63 derajat celcius atau dalam kategori El Nino lemah dan pada November 0,91 derajat celcius atau El Nino moderat.

Perlu diwaspadai jika Dipole Mode, atau kondisi yang sama di kawasan Samudera Hindia juga dalam posisi positif bersamaan dengan El Nino maka akan memperparah kekeringan.

"Tapi sampai sekarang Dipole Mode masih normal," tambah Andi.

Meski diperkirakan El Nino skala lemah hingga moderat, perlu di waspadai terjadinya kekeringan terutama di wilayah timur yang cenderung kering terlebih lagi saat ini memasuki musim kemarau.

Masyarakat diimbau mempersiapkan persediaan air misalnya menampung air hujan karena meskipun El Nino tidak sekuat 1997 namun juga dapat menyebabkan kekeringan.

(D016/R. Chaidir)

Pewarta: Desi Purnamawati

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014