Kediri (Antara Kalbar) - Komunitas pecinta Gus Dur atau yang disebut Gusdurian meminta agar pemerintah membiarkan para pengungsi Syiah bisa mudik ke kampung halamannya dalam perayaan Hari Raya Idul Fitri 2014.

"Kami mendesak kepada Gubenur dan Kapolda Jawa timur untuk tidak malas memberikan pengamanan bagi pengungsi Syiah Sampang yang berkehendak mudik," kata Koordinator Gusdurian Jatim Aan Anshori dalam rilisnya kepada Antara, Sabtu.

Pihaknya menyesalkan adanya edaran dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur yang isinya melarang pengungsi Syiah tersebut pulang kampung karena alasan keamanan.

Ia juga mengatakan, pelarangan ini merupakan faktor sepihak. Kondisi ini semakin meruntuhkan harapan para pengungsi untuk bisa berbaur kembali dengan lingkungan yang sudah mereka tinggalkan lebih dari dua tahun ini.

Pelarangan sepihak dengan alasan keamanan ini, lanjut dia, sebenarnya menunjukkan dua hal penting. Yaitu, pemerintah provinsi seakan tidak mampu menyediakan pengamanan mudik bagi para pengungsi Syiah Sampang.

Padahal, terdapat lebih dari 20.000 polisi dari berbagai kesatuan di bawah kendali Polda Jawa Timur yang harusnya siap memberi pengamanan. Selain itu, jika masih kurang pun, polda bisa meminta bantuan Pangdam V/Brawijaya menggerakan pasukannya mengawal mudik pengungsi.

Ia menyebut, Jawa Timur merupakan salah satu basis kekuatan infanteri terbesar di Indonesia. Divisi Infanteri II Kostrad berada di Malang yang diperkirakan memiliki kekuatan 15-20 ribu pasukan.

Sedangkan Brigade Infanteri 1/Marinir yang berlokasi di Sidoarjo dan Surabaya mempunyai kekuatan lebih dari 5 ribu pasukan. Ia tetap menegaskan, jika Jawa Timur mempunyai kekuatan pengamanan lebih dari cukup hanya untuk memastikan pengungsi Syiah bisa mudik lebaran.

Ia juga tidak sependapat dengan alasan yang dikemukakan oleh BPBD Jawa Timur terkait dengan larangan pengungsi Syiah yang hendak mudik ke kampung halamannya merayakan Idul Fitri. Ia justru menilai, cara pandang ini tidak tepat, terutama dalam rangka menemukan model rekonsiliasi damai konflik tersebut.

Pihaknya meminta kepada pemprov untuk menghentikan stigma pada Sampang sebagai kabupaten yang identik dengan kekerasan dan instabilitas.

Ia juga meminta, kepada semua pihak untuk menjadikan Idul Fitri sebagai momentum kembali pada kesucian diri yang ditandai dengan penghormatan dan toleransi atas berbagai perbedaan.

Sebelumnya, ratusan pengungsi Syiah Sampang sampai saat ini masih berada di Rusunawa Jemundo Sidoarjo. Mereka terpaksa mengungsi setelah terjadi konflik di daerah itu, sejak Agustus 2012.

Pewarta: Destyan Hendri Sujarwoko

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014