Kediri (Antara Kalbar) - Jaringan pecinta Gus Dur (JGD) atau "Gusdurian" Jawa Timur, minta polisi tegas terhadap pelaku tindak kekerasan, terutama pada mereka yang tidak toleran dalam menghadapi perbedaan.
"Kami mendukung penuh aparat keamanan untuk bertindak tegas terhadap siapapun yang menggunakan kekerasan dalam menyikapi perbedaan," kata Koordinator Gusdurian Jatim Aan Anshori saat dihubungi, Sabtu.
Aan yang dikonfirmasi terkait dengan ketatnya penjagaan dalam persiapan kegiatan pengajian Maulid Nabi Muhammad SAW di Pondok Pesantren Darus Sholihin Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, pada Minggu (19/1) tersebut mengaku mengapresiasi sikap aparat keamanan yang telah memberikan izin serta komitmen serius menjaga kondusifitas terselenggaranya kegiatan tersebut.
"Komitmen ini sekaligus menunjukkan profesionalitas negara dalam menjamin hak menjalankan keyakinan yg ada dalam konstitusi," tegasnya.
Pihaknya juga menyerukan kepada seluruh komponen masyarakat di Kabupaten Jember untuk menjadikan maulid sebagai momentum meneladani perilaku arif Nabi Muhammad SAW, terutama sikap saling mengasihi sesama manusia dan mengedepankan dialog.
Ia juga menegaskan, agar masyarakat Jember mewaspadai dan tidak terjebak dalam gerakan Islam transnasional yg mempunyai ciri khusus di antaranya tidak toleran terhadap perbedaan dan melakukan kekerasan atas nama agama.
Kepolisian Resor Jember, menyiagakan sebanyak 900 personel untuk menjaga pelaksanaan pengajian Maulid Nabi Muhammad SAW di Pondok Pesantren Darus Sholihin Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, pada Minggu (19/1).
Kapolres Jember AKBP Awang Joko Rumitro, menyebut ratusan personel tersebut terdiri dari 600 personel dari Polres dan Polsek di Jember, sementara sisanya gabungan Satuan Brimob Polda Jatim dan anggota TNI.
Polisi memberikan izin digelarnya kegiatan pengajian tersebut, karena penitia berkomitmen kegiatan itu diselenggarakan di dalam lingkungan pesantren, tidak di luar pondok.
Kegiatan pengajian yang bertajuk "Dakwah Kebangsaan" itu rencananya dihadiri budayawan yang juga pemimpin kelompok Kiai Kanjeng Emha Ainun Najib (Cak Nun) dan pengasuh Ponpes Tebu Ireng Jombang yang juga adik almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), KH Salahudin Wahid (Gus Sholah).
Ponpes Darus Sholihin yang diasuh Habib Ali al-Habsyi pernah diserbu oleh sekelompok orang yang berasal dari Desa Puger Kulon pada September 2013, kemudian penyerangan itu dibalas dengan penganiayaan oleh jamaah ponpes terhadap anggota kelompok penyerang, sehingga menyebabkan satu orang meninggal dunia.