Jakarta (Antara Kalbar) - Festival Budaya Nusantara Kawasan Perbatasan Negara 2014 berupaya untuk mewujudkan daerah perbatasan sebagai "beranda depan" negara.

"Sebagaimana pernyataan politis Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, seyogyanya garis perbatasan itu berada di depan negara, selama ini di belakang negara yang tidak terurus," kata Sutradara Festival Budaya Nusantara Kawasan Perbatasan Negara 2014 Slamet Rahardjo usai diskusi di Jakarta, Jumat.

Slamet mencontohkan Malaysia sejak dulu menetapkan daerah perbatasan berada di depan karena negeri jiran tersebut telah menyadari pentingnya kawasan perbatasan.

Budayawan itu mengatakan setelah melakukan kunjungan ke sejumlah daerah perbatasan, contohnya Krayan, Kalimantan Timur, banyak sumber daya manusia yang sangat potensial, seperti lulusan kedokteran, pertanian dan hukum.

"Sehingga, kita tidak perlu 'take for granted' (menganggap mentah-mentah) kalau mereka buka apa-apa," katanya.

Karena itu, dia mengatakan festival yang keempat kalinya ini ditujukan agar lebih merangkul masyarakat di wilayah perbatasan.

"Pada dasarnya kita saudara, jadi festival yang keempat ini lebih kepada 'family gathering', mempertemukan langsung dengan mereka, berkenalan, makan-makan bahkan foto-foto," katanya.  
   
Hal senada juga disampaikan Asisten Deputi Pengelolaan Potensi Kawasan Perbatasan Darat, Badan Nasional Pengelola Perbatasan, Marhaban Ibrahim selaku penyelenggara bahwa festival tersebut, yakni membangun sebuah forum nasional untuk lebih mengenal, merawat dan memelihara serta mempromosikan nilai sosial budaya dan kesenian masyarakat perbatasan negara.

"Kita ingin mengenal betul mereka untuk nantinya dilakukan pembinaan dan dipromosikan," kata Marhaban.

Festival yang akan digelar pada 17 September mendatang mulai pukul 09.00-16.00 WIB di Taman Mini Indonesia Indah itu akan menghadirkan lebih dari seratus pekerja seni dari wilayah perbatasan maupun dari ibu kota.

Rangkaian acara tersebut terdiri dari pengenalan tamu perbatasan, pergelaran seni budaya daerah perbatasan yang akan menampilkan sendratari "Bidadari Perbatasan", pengikat persaudaraan yang terdiri dari makan bersama dengan menu khas daerah serta berbagi pengalaman, yakni unjuk bincang dan saling berbagi pengalaman kreatif.

"Nanti saat 'talkshow' (unjuk bicang), saya bawa suku Dayak asli dan saya ingin memberi tahu bahwa mereka bukan residivis karena tubuhnya penuh tato, tetapi motif tato itu tidak bisa dipisahkan dari kehidupan mereka," katanya.

Selain itu juga digelar lomba karya tulis yang melibatkan pelajar perguruan tinggi negeri dan swasta dengan tema "Masyarakat Perbatasan, Pagar Hidup Bangsa di Tapal Batas".

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014