Sintang (Antara Kalbar) - Hingga pertengahan September ini, Buku Kurikulum 2013 dari pemerintah pusat juga belum sampai ke sekolah. Belum adanya buku Kurikulum 2013 ini, jelas pelaksanaan Kurikulum 2013 akan membebani sekolah.

“Kami protes! Bagaimana pemerintah pusat ini buku-bukunya kok belum datang? Bahkan saya dengar ada penerbit yang mengudurkan diri untuk mencetak buku,” ungkap Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sintang, YAT Lukman Riberu.

Ia menyampaikan sampai saat ini memang belum ada kabar mengenai buku Kurikulum 2013 tersebut. Dia mengaku khawatir jangan-jangan sampai akhir tahun nanti buku tidakjuga datang.

“Jika tidak datang jelas sudah memberatkan sekolah karena sekolah harus terus mem-fotocopy Buku Kurikulum 2013 yang ada di CD. Sekolah-sekolah jelas terbebani anggaran untuk mem-fotocopy buku-buku tersebut,” ujarnya.

Lukman mengaku heran mengapa buku-buku tersebut tidak juga datang. Padahal pemerintah pusat ingin ada buku-buku pelajaran yang murah meriah tapi yang terjadi justru sebaliknya. “Karena belum datang, sekolah jadi merasa terbebani,” kata dia.

Di tempat terpisah, Kepala SMAN 1 Sintang, Edy Sunaryo menyampaikan perlu ekstra tenaga dan alat untuk mengprint out Buku Pelajaran Kurikulum 2013 tersebut. Apalagi satu buku ada yang mencapai 200 halaman lebih. “Buku yang diprint out semua hanya buku untuk pegangan guru sementara buku untuk siswa diprint out per bab dan dibagikan untuk kelompok. Cukup merepotkan,” katanya.

Menurut Edy akibat belum datangnya Buku Kurikulum 2013 ini, pembelajaran terasa menjadi kurang efektif. Terutama dalam hal evaluasi belajar siswa. Sebab setiap satu copyan buku pegangan siswa digunakan oleh lima orang siswa. Idealnya satu buku satu siswa. Karena satu copy-an buku digunakan oleh lima orang siswa, guru kesulitan dalam menilai mana siswa yang aktif dan mana yang kurang paham terhadap materi.
Kepala SMAN 3 Sintang, Heri Bertus juga menyampaikan hal yang sama.

Dia mengatakan pelaksanaan Kurikulum 2013 masih terkendala buku wajib yang belum diterima oleh sekolah. Sehingga sekolah harus menggandakan soft copy sedikit demi sedikit. “Buku pelajaran wajib dan buku pelajaran peminatan belum ada yang datang. Sehingga untuk buku pelajaran peminatan, terkadang guru menggunakan buku yang ada di perpustakaan walau kurikulumnya beda tapi isinya ada yang sama,” katanya.


Pewarta: Faiz

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014