Ngabang (Antara Kalbar) -  Harga karet murah membuat masyarakat petani di Kabupaten Landak beralih kerja menjadi buruh serabutan guna menyambung hidup.

"Sudah 6 bulan harga karet anjlok dari Rp.11.000 turun Rp.8.000 sekarang hanya Rp.5.000 per kilogram. Mana cukup untuk makan, beras saja Rp12.000," ujar Rahmani (55) warga Desa Serimbu Kecamatan Air Besar  di Ngabang, Rabu (15/10).

Ia menuturkan, sejak harga karet murah, masyarakat di daerah setempat banyak mencari kerja lain untuk memenuhi kehidupan keluarga.

"Saya sekarang kerja serabutan, harian dibayar Rp60 ribu. Warga juga ada kerja buruh perusahaan dan buruh toko," kata Rahmani.

Masyarakat sangat mengeluh dengan murahnya harga karet. Sementara harga barang kebutuhan pokok semakin meningkat, mulai beras, gula, bahkan harga bahan bakar minyak seperti premium atau bensin per liter Rp9.000 hingga Rp10.000.

"Jadi, tidak sesuai sumber pendapatan masyarakat dengan harga barang kebutuhan pokok. Saya berharap pemerintah memperhatikan masalah harga karet ini," kata Rahmani.

Kepala Desa Serimbu Mustari mengatakan, penduduk di desa yang ia pimpin berjumlah 2.137 jiwa dengan 512 kepala keluarga yang tersebar di 4 dusun. Dari jumlah penduduk yang ada di Desa Serimbu Kecamatan Air Besar itu, 75 persen bermata pencaharian karet.

"Jadi, dengan harga karet murah tentu berdampak besar bagi masyarakat kami. Jadi diharapkan kepala pemerintah baru Indonesia, agar memikirkan nasib rakyat khususnya di daerah pedalaman," ungkap Mustari.

Menurut Mustari, jika masalah harga karet terus murah dikhawatirkan akan berdampak sosial di masyarakat. "Jangan sampai lahan dan kebun masyarakat terpaksa dijual kepada perusahaan sawit akibat kebutuhan ekonomi masyarakat," tandas Mustari.

Pewarta: Kundori

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014