Pontianak (Antara Kalbar) - Cargill, induk perusahaan perkebunan PT Harapan Sawit Lestari di Kabupaten Ketapang, telah menerbitkan laporan perkembangan kelapa sawit berkelanjutan pertamanya.

Menurut Chief Executive Officer Cargill Tropical Palm, John Hartmann saat dihubungi di Pontianak, Selasa, laporan tersebut memaparkan rencana kerja perusahaan untuk mencapai rantai pasokan yang sepenuhnya berkelanjutan.

"Keberlanjutan telah jadi bagian dari budaya perkebunan kelapa sawit kami, dan ini membuahkan bisnis yang sangat dibanggakan karyawan kami," kata John Hartmann.

Ia melanjutkan, pihaknya harus memperhitungkan dampak lingkungan dan komunitas lokal untuk kepentingan generasi mendatang. Konsep serupa juga dibagikan ke petani smallholder di perkebunan. Mereka juga telah mendapatkan beberapa sertifikat global yang mendukung komunitas mereka.

Ia menambahkan, Cargill berkomitmen terhadap kelapa sawit yang berkelanjutan, bebas dari penggundulan hutan, bertanggung jawab secara sosial dalam kebijakan kelapa sawit yang baru yang diluncurkan Juli 2014. Sekaligus mengulangi tekad di United Nations Climate Summit September lalu di New York. "Laporan kemajuan yang teratur adalah bagian dari komitmen dari kebijakan baru ini," katanya.

Ia mengatakan, kelapa sawit digunakan di sangat banyak produk mulai dari permen hingga shampo. Di dunia, lanjut dia, ada jutaan orang yang bergantung dengan kelapa sawit untuk makanan mereka. Namun, ia mengakui, sektor kelapa sawit sering kali dinodai dengan praktik-praktik tak berkelanjutan. "Bekerja sama dengan organisasi non-pemerintahan, pemasok, pekerja, komunitas setempat, kantor pemerintahan dan produser kelapa sawit besar lainnya, Cargill berusaha menjaga upaya mereka untuk mengubah hal tersebut dan mentransformasi industri," katanya.

Ia mengklaim Cargill berada di jalur yang tepat dengan memetakan 80 persen dari kelapa sawitnya di pasar-pasar utama berdasarkan pabrik asal masing-masing sebelum akhir tahun ini dan 100 persen dari semua pabrik sebelum Desember tahun depan.

Laporan tersebut juga fokus ke beberapa hal seperti mengenai aksi keberlanjutan yang menunjukkan berbagai cara yang akan menyertakan pemangku kepentingan. Salah satunya, menyusun rencana-rencana kerja dengan para pemasok dan membantu mereka melaksanakan praktik-praktik terbaik, terus membantu smallholder berintegrasi ke rantai pasokan bertanggungjawab. Sementara perusahaan akan fokus melaksanakan dengan cara-cara yang benar dari awal dalam pengembangan perkebunan baru.

Kemudian, mengenai ikrar kelapa sawit Indonesia dimana Cargill ikut menandatangani ikrar tersebut di 2014 United Nations Climate Summit. Lalu, bersama dengan LSM The Forest Trust (TFT), melaksanakan penelitian terdepan untuk mengidentifikasi wilayah hutan dengan stok karbon tinggi di perkebunan PT Hindoli, Sumatera Selatan, menggunakan metodologi yang dikembangkan oleh TFT dan Greenpeace. Dengan bantuan dari LSM Proforest, Cargill akan melakukan kembali penelitian tersebut di tiga perkebunan pemasok tahun depan.

Sedangkan di sisi teknologi, Cargill akan memimpin penggunaan kendaraan udara tanpa awak/Unmanned Aerial vehicles dan jaringan sensor dengan tenaga sinar matahari dan terhubungkan dengan satelit untuk memonitor penggunaan lahan di Inodnesia.

Sementara untuk transparansi, melaksanakan proses penyampaian keluhan secara formal untuk mengatasi masalah di rantai pasokan. "Kami menggunakan verifikasi pihak ketiga saat dibutuhkan dan melaporkan kemajuan kami secara berkala," ujar dia.

President dan Chief Executive Officer Cargill, David MacLennan menegaskan komitmen membangun program keberlanjutan di semua dimensi. "Apa yang kami telah pelajari adalah tidak ada yang sempurna. Pekerjaan ini tidak ada habisnya. Selalu ada kesempatan untuk meningkatkan kualitas," kata David.

***2***




Pewarta:

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014