Sekadau (Antara Kalbar) - Pemerintah Kabupaten Sekadau akan mengangkat 136 orang tenaga honorer kategori 2 yang berasal dari berbagai penjuru Bumi Lawang Kuari dan dari latar belakang yang bervariasi. Saat menerima pengarahan dari Bupati Sekadau, (24/11), beberapa orang perwakilan tenaga honorer menyampaikan testimoninya selama bekerja sebagai tenaga honorer.
"Saya mulai menjadi tenaga honorer sejak tahun 2004 lalu atau lebih kurang delapan tahun hingga hari ini. Ia bersedia menjadi tenaga honorer untuk membantu mengajar di SD Sunsong yang tenaga pengajarnya masih minim. Suka duka sangat banyak, kalau saya ceritakan akan memakan waktu panjang. Saya berharap, setelah mendapat SK PNS nanti, saya tetap ditugaskan di SD Sunsong,†kisah Yohanes Diha, salah seorang tenaga guru di SDN 05 Sunsong, Kecamatan Sekadau Hulu.
Alasan Yohanes meminta bertahan di SD Sunsong tak lain karena ia terlanjur mencintai para siswa dan lingkungan di Sunsong. Lagipula, selama bertugas sebagai tenaga honorer dengan gaji yang jauh dari UMK, ia mampu bertahan hidup. "Selain itu, saya juga sudah betah di sana, saya berharap tidak ditugaskan ke tempat lain. Apalagi, tenaga guru si SDN Sunsong juga masih kurang," katanya.
Sementara itu, Paulus Tina tenaga honorer di SDN Sebetung, Kecamatan Belitang Hulu mengaku bersedia menjadi guru honor dengan gaji kecil karena tidak tega melihat murid-murid di SDN Sebetung belajar bergiliran karena hanya ada empat orang guru.
“Saya terpanggil mengajar karena guru yang ada di SDN Sebetung hanya berjumlah 4 orang dan harus mengajar murid kelas 1 sampai 6. Itu alasan utama saya mau ikut mengajar,†kisah pria lulusan SMK itu.
Soal gaji, Paulus tidak begitu pusing. Meski dari awal hanya digaji mulai dari Rp 150.000 hingga sekarang Rp 300.000, Paulus mengaku ikhlas mengajar para murid.
“Rejeki sudah diatur Tuhan. Buktinya sekarang saya bisa diangkat,†katanya berbesar hati.
Lain lagi dengan kisah Ruslan, guru di SD Tembesuk, Nanga Mahap. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Ruslan harus bagi-bagi waktu untuk pekerjaan lain agar anak istri bisa makan. Pagi-pagi sekali sebelum mengajar, saya pergi ke kebun karet untuk menoreh. Hal itu harus ia lakoni karena tuntutan hidup.
“Tahun 2001 gaji saya Rp 80 ribu sebulan, sekarang sudah Rp 360 ribu. Kalau saya tidak noreh, anak istri tidak makan. Apalagi gaji tidak setiap bulan cairnya. Kalau perkara dikejar-kejar debt collector dari leasing sepeda motor itu sudah biasa,†cerita Ruslan disambut gelak tawa dan tepuk tangan para hadirin di ruangan tersebut.
Namun, pengorbanan para tenaga honorer itu tak lama lagi akan terbayarkan. Karena, pemerintah dalam waktu dekat akan menghargai jasa mereka dengan ganjaran SK sebagai PNS dan dipastikan menerima gaji yang layak.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
"Saya mulai menjadi tenaga honorer sejak tahun 2004 lalu atau lebih kurang delapan tahun hingga hari ini. Ia bersedia menjadi tenaga honorer untuk membantu mengajar di SD Sunsong yang tenaga pengajarnya masih minim. Suka duka sangat banyak, kalau saya ceritakan akan memakan waktu panjang. Saya berharap, setelah mendapat SK PNS nanti, saya tetap ditugaskan di SD Sunsong,†kisah Yohanes Diha, salah seorang tenaga guru di SDN 05 Sunsong, Kecamatan Sekadau Hulu.
Alasan Yohanes meminta bertahan di SD Sunsong tak lain karena ia terlanjur mencintai para siswa dan lingkungan di Sunsong. Lagipula, selama bertugas sebagai tenaga honorer dengan gaji yang jauh dari UMK, ia mampu bertahan hidup. "Selain itu, saya juga sudah betah di sana, saya berharap tidak ditugaskan ke tempat lain. Apalagi, tenaga guru si SDN Sunsong juga masih kurang," katanya.
Sementara itu, Paulus Tina tenaga honorer di SDN Sebetung, Kecamatan Belitang Hulu mengaku bersedia menjadi guru honor dengan gaji kecil karena tidak tega melihat murid-murid di SDN Sebetung belajar bergiliran karena hanya ada empat orang guru.
“Saya terpanggil mengajar karena guru yang ada di SDN Sebetung hanya berjumlah 4 orang dan harus mengajar murid kelas 1 sampai 6. Itu alasan utama saya mau ikut mengajar,†kisah pria lulusan SMK itu.
Soal gaji, Paulus tidak begitu pusing. Meski dari awal hanya digaji mulai dari Rp 150.000 hingga sekarang Rp 300.000, Paulus mengaku ikhlas mengajar para murid.
“Rejeki sudah diatur Tuhan. Buktinya sekarang saya bisa diangkat,†katanya berbesar hati.
Lain lagi dengan kisah Ruslan, guru di SD Tembesuk, Nanga Mahap. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Ruslan harus bagi-bagi waktu untuk pekerjaan lain agar anak istri bisa makan. Pagi-pagi sekali sebelum mengajar, saya pergi ke kebun karet untuk menoreh. Hal itu harus ia lakoni karena tuntutan hidup.
“Tahun 2001 gaji saya Rp 80 ribu sebulan, sekarang sudah Rp 360 ribu. Kalau saya tidak noreh, anak istri tidak makan. Apalagi gaji tidak setiap bulan cairnya. Kalau perkara dikejar-kejar debt collector dari leasing sepeda motor itu sudah biasa,†cerita Ruslan disambut gelak tawa dan tepuk tangan para hadirin di ruangan tersebut.
Namun, pengorbanan para tenaga honorer itu tak lama lagi akan terbayarkan. Karena, pemerintah dalam waktu dekat akan menghargai jasa mereka dengan ganjaran SK sebagai PNS dan dipastikan menerima gaji yang layak.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014