Skadau (Antara Kalbar) - Bencana alam yang melanda beberapa wilayah Kabupaten Sekadau secara beruntun selama periode Desember 2014 hingga akhir Januari 2015 menuai keprihatinan banyak pihak. Mulai bencana konvensional seperti banjir hingga bencana tak biasa semacam angin puting beliung serta tanah longsor menguji kesabaran masyarakat yang menjadi korban.
Selama periode itu, banjir setidaknya merendam 18 desa dan menggenangi ribuan rumah. Angin puting beliung sempat melanda Dusun Sejirak, Desa Perongkan dan menumbangkan beberapa pohon besar serta sempat membuat kemacetan lalu lintas. Sebuah rumah milik warga di Kampung Tebal Desa Mungguk rata dengan tanah akibat hantaman angin pada 7 Januari lalu.
Terakhir, tanah longsor pada 25 Januari kemarin merusak tiga unit rumah serta mengancam 23 rumah lainnya di Kampung Tebal, Desa Mungguk.
Pemerintah bergerak cepat dengan mengambil langkah penanggulangan. Warga korban bencana rata-rata sudah diungsikan ke rumah kerabat masing-masing dan bangunan milik pemerintah.
Untuk menetapkan langkah selanjutnya, Pemkab Sekadau bersama stakeholder lainnya menggelar rapat koordinasi terkait penanggulangan bencana, Kamis (29/1). Rapat yang dipimpin Bupati Simon Petrus itu fokus pada penanganan pasca bencana. Pemkab sendiri sudah menetapkan status siaga darurat bencana banjir sejak bulan November 2014 lalu sebagaimana ditetapkan dalam SK Bupati nomor 362/365/BPBD-PB/2014.
“Rentetan bencana yang menimpa masyarakat akhir-akhir ini membuat kita semua prihatin. Dalam forum ini perlu diinisiasi langkah-langkah strategis terkait penanggulangan sesudah bencana,†ujar Bupati Simon Petrus dalam arahannya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sekadau, Akhmad Suryadi menambahkan, pihaknya sudah mengambil langkah-langkah penanggulangan bencana seperti pemetaan daerah rawan bencana, penyebaran peringatan bencana melalui media massa, menetapkan status siaga bencana, penanganan pengungsi korban bencana, pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana serta pemulihan sarana prasarana akibat bencana melalui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.
“Khusus di daerah longsor, ada inisiatif bagaimana kalau daerah itu di relokasi karena tingkat kerawanannya tinggi. Tapi ini perlu dibicarakan dengan masyarakat,†ujar Akhmad.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
Selama periode itu, banjir setidaknya merendam 18 desa dan menggenangi ribuan rumah. Angin puting beliung sempat melanda Dusun Sejirak, Desa Perongkan dan menumbangkan beberapa pohon besar serta sempat membuat kemacetan lalu lintas. Sebuah rumah milik warga di Kampung Tebal Desa Mungguk rata dengan tanah akibat hantaman angin pada 7 Januari lalu.
Terakhir, tanah longsor pada 25 Januari kemarin merusak tiga unit rumah serta mengancam 23 rumah lainnya di Kampung Tebal, Desa Mungguk.
Pemerintah bergerak cepat dengan mengambil langkah penanggulangan. Warga korban bencana rata-rata sudah diungsikan ke rumah kerabat masing-masing dan bangunan milik pemerintah.
Untuk menetapkan langkah selanjutnya, Pemkab Sekadau bersama stakeholder lainnya menggelar rapat koordinasi terkait penanggulangan bencana, Kamis (29/1). Rapat yang dipimpin Bupati Simon Petrus itu fokus pada penanganan pasca bencana. Pemkab sendiri sudah menetapkan status siaga darurat bencana banjir sejak bulan November 2014 lalu sebagaimana ditetapkan dalam SK Bupati nomor 362/365/BPBD-PB/2014.
“Rentetan bencana yang menimpa masyarakat akhir-akhir ini membuat kita semua prihatin. Dalam forum ini perlu diinisiasi langkah-langkah strategis terkait penanggulangan sesudah bencana,†ujar Bupati Simon Petrus dalam arahannya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sekadau, Akhmad Suryadi menambahkan, pihaknya sudah mengambil langkah-langkah penanggulangan bencana seperti pemetaan daerah rawan bencana, penyebaran peringatan bencana melalui media massa, menetapkan status siaga bencana, penanganan pengungsi korban bencana, pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana serta pemulihan sarana prasarana akibat bencana melalui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.
“Khusus di daerah longsor, ada inisiatif bagaimana kalau daerah itu di relokasi karena tingkat kerawanannya tinggi. Tapi ini perlu dibicarakan dengan masyarakat,†ujar Akhmad.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015