Sintang (Antara Kalbar) - Jumlah kasus HIV/ AIDS di Sintang memprihatinkan, karena ada peningkatan signifikan angka pengidap AIDS. “Jumlah penderita AIDS terus meningkat,” tutur Ika Riska, Petugas KPA Kabupaten Sintang yang menyodorkan data ke Antara, Jumat..

Menurut perempuan berhijab ini, peningkatan kasus AIDS merupakan akumulasi jumlah pengidap HIV. Apalagi AIDS adalah tahap berikut setelah orang terinfeksi virus yang merusak kekebalan tubuh itu.

Beberapa kasus AIDS itu belakangan baru diketahui beberapa penderita setelah mengalami sakit berkepanjangan. Bahkan sang penderita baru mengetahui setelah stadium III. “Itu artinya yang bersangkutan sudah mengidap HIV sejak lima tahun terakhir,” timpal Ika.

Parahnya lagi, menurut Ika, kurangnya kesadaran kalangan beresiko untuk memeriksakan diri jadi penyebab utama tak terdeteksinya perkembangan virus ditubuhnya. Padahal pemeriksaan di klinik VCT (Voluntary Concelling  and Testing) tak dipungut biaya sepeserpun. “Bahkan pengobatannya juga gratis,” timpal Ika.

Data yang dibawanya menunjukkan ada 47 kasus AIDS dari 1485 kunjungan di klinik VCT RSUD Ade M Djoen Sintang. Ini data yang dihimpun dari Sintang dan sekitarnya.

Sejumlah pihak sebelumnya mengkhawatirkan soal angka sebenarnya sebaran HIV dan AIDS, apalagi kasus ini memang layaknya fenomena gunung es, dimana yang terdeteksi selalu lebih sedikit dari jumlah sesungguhnya.

Diungkapkan Ika, setidaknya sudah 292 orang yang terinfeksi HIV/ AIDS. Jumlah itu berdasarkan data yang dihimpun KPA Kabupaten Sintang. Sedikitnya sudah 70 orang meninggal dunia.

Dilihat dari persentase usia, jumlah kasus pengidap HIV/AIDS di kabupaten Sintang didominasi umur produktif, yakni 25 hingga 49 tahun. Kasus yang melibatkan pengidap usia tersebut bahkan mencapai 73 persen. Dari persentase tersebut, angka paling tinggi dialami kaum perempuan.
 
Masih menurut Ika, penularan paling mudah virus HIV/AIDS adalah melalui empat cairan tubuh, yaitu darah, cairan vagina, sperma dan air susu ibu yang sudah terinfeksi virus.

Selain itu, penggunaan jarum suntik secara bergantian—yang biasa dilakukan pengguna narkoba—serta penggunaan jarum suntik yang tidak steril juga beresiko tertular virus HIV.

Ditambahkan Ika, dengan terus bertambahnya orang yang terinfeksi HIV/AIDS perlu kesadaran semua pihak untuk mengantisipasi resiko penyebaran penyakit tersebut.

Selain itu, tindakan diskriminatif menurutnya bukan solusi bagi upaya pencegahan sebaran HIV/AIDS. Apalagi penularan HIV bukanlah seperti virus influenza yang bisa menular bahkan hanya dari udara yang terhirup. “Seharusnya tak ada lagi pihak-pihak yang mengucilkan pengidap HIV,” pungkasnya.

Pewarta: Faiz

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015