Kapuas Hulu (ANTARA) - Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat saat ini sedang melakukan penanganan serius terhadap 70 orang warga di daerah tersebut yang dinyatakan positif terinfeksi HIV/AIDS.
"Selain penanganan bagi penderitaan HIV/AIDS kami juga berupaya melakukan edukasi dan layanan tes dan konseling untuk mencegah penyebaran virus tersebut," kata Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Kapuas Hulu Kastono, di Putussibau Kapuas Hulu, Senin.
Disampaikan Kastono, persoalan HIV/AIDS di Kapuas Hulu menjadi perhatian serius, meskipun Kapuas Hulu berada di daerah paling ujung wilayah Kalimantan Barat, namun sejak tahun 2016 hingga 2023 tercatat ada 70 orang terinfeksi HIV/AIDS
Menurutnya, risiko penyebaran HIV/AIDS di Kapuas Hulu disebabkan beberapa faktor di antaranya yaitu migrasi dan kurangnya pengetahuan tentang seks yang aman.
Dijelaskan dia, HIV memiliki dampak yang serius pada kesehatan manusia. Virus itu menyerang sistem kekebalan tubuh, menghancurkan sel-sel yang penting untuk melawan infeksi.
Akibatnya, penderita HIV menjadi lebih rentan terhadap berbagai penyakit infeksi, seperti pneumonia, tuberkulosis, dan bahkan beberapa jenis kanker. Jika tidak diobati, HIV dapat berkembang menjadi AIDS, tahap penyakit yang lebih lanjut, di mana tubuh memiliki kesulitan besar dalam melawan infeksi.
Oleh sebab itu, Dinas Kesehatan Kapuas Hulu selalu mengkampanyekan edukasi tentang seks yang aman, penggunaan kondom, dan pentingnya pengujian HIV secara rutin. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko HIV dan cara mencegah penyebarannya.
Selain itu, kata Kastono, Dinas Kesehatan Kapuas Hulu juga menyediakan fasilitas pengujian HIV di 23 Puskesmas dan tiga rumah sakit yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu dan konseling bagi masyarakat.
"Pengujian itu penting untuk mendeteksi infeksi sejak dini, sehingga langkah penanganan dapat segera diambil," ucapnya.
Sedangkan akses pengobatan menurut Kastono, setiap individu yang terinfeksi HIV membutuhkan akses yang mudah terhadap pengobatan antiretroviral (ARV).
Sehingga, Dinas kesehatan bekerja sama dengan lembaga medis untuk menyediakan ARV kepada semua penderita HIV yang membutuhkan dan untuk saat ini pengambilan pengobatan sudah di bagi menjadi tujuh titik yaitu di RSUD Achmad Diponegoro, Puskesmas Putussibau Utara, Puskesmas Putussibau Selatan, Puskesmas Badau, Puskesmas Kalis, Puskesmas Jongkong dan Puskesmas Semitau.
Dikatakan Kastono, selain pengobatan fisik, penderita HIV juga membutuhkan dukungan psikososial untuk mengatasi stigma dan dampak emosional yang mungkin timbul sehingga mengakibatkan ODHIV bisa putus berobat.
"Pencegahan dan penanganan HIV/AIDS perlu kerja sama semua pihak terutama lapisan masyarakat, terutama terhadap pemahaman dan pengawasan dalam pergaulan anak-anak kita," katanya.