Nanga Pinoh (Antara Kalbar) - Kasus demam berdarah dengue (DBD) terus mengancam masyarakat Melawi dan pada pekan lalu, di Dusun Tubung, Desa Labang, Kecamatan Belimbing, satu pelajar meninggal setelah terserang penyakit mematikan tersebut.
Saat ini, sudah ada delapan anak dari wilayah tersebut yang terjangkit DBD dan dirawat intensif di sejumlah rumah sakit.
Kepala Desa Labang, Aspan yang dihubungi melalui telepon seluler, Minggu mengungkapkan, di wilayah Dusun Tubung ada beberapa anak yang menderita demam. Dari pemeriksaan intensif, akhirnya diketahui sudah ada delapan anak yang positif mengidap DBD.
"Satu anak bernama Rosita yang masih duduk di kelas 1 SD meninggal karena DBD. Saya pun langsung menghadap Dinas Kesehatan untuk meminta penanganan segera," ungkapnya.
Asnan memaparkan, kasus DBD di dusun Tubung, desa Labang mulai muncul dari pekan lalu. Dari delapan anak, dua berjenis kelamin laki-laki dan enam perempuan. Penderitanya pun seluruhnya masih anak yang duduk dibangku SD atau belum bersekolah.
"Setelah banyak laporan dari masyarakat yang anaknya menderita DBD, saya langsung menghadap camat belimbing dan dinas kesehatan. Minta penanganan segera karena saya sendiri tak paham prosedurnya. Jadi setelah lapor, saya minta desa saya difogging segera," ujarnya.
Dinas Kesehatan pun menyatakan siap membantu. Aspan menerangkan, Dinkes hanya meminta bantuan operasional karena mereka saat ini tidak memiliki anggaran untuk foging ke lapangan. Dari Dinkes, menurunkan peralatan foging dan enam orang tenaga honorer.
"Jadi kami pun membantu secara swadaya, baik tenaga maupun dana. Termasuk solar yang digunakan untuk fogging," katanya.
Fogging pun dilakukan ke seluruh pemukiman penduduk, serta sekolah yang kemungkinan menjadi tempat bersarangnya nyamuk pembawa virus DBD. Foging tersebut, kata Asnan dilakukan pada Sabtu (7/2) lalu.
"Sekarang belum ada muncul tambahan kasus DBD lagi, memang pagi ini (minggu) ada yang positif DBD satu lagi, tapi memang dia sudah dirawat sejak beberapa hari," katanya.
Asnan pun meminta jajaran dinas kesehatan termasuk puskesmas bisa melakukan penanganan lebih cepat dan tepat untuk mengantisipasi jatuhnya korban akibat DBD. Menurutnya, dengan adanya korban meninggal akibat DBD, menunjukkan bahwa daerah Tubung juga masuk wilayah endemis.
"DBD ini sudah sangat mengkhawatirkan, maka saya inisiatif agar dinas cepat tanggap. Saya tak mau tunggu besok-besok, harus segera," ucapnya.
Sementara itu, Kabid Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Melawi, Arif Santoso, Minggu mengungkapkan, kasus meninggalnya pasien DBD di dusun Tubung menjadi kasus pertama korban meninggal di tahun 2015.
"Kita monitor terus perkembangan kasus-kasus DBD melalui puskesmas-puskesmas. Apalagi sampai sekarang Melawi masih KLB DBD," ujarnya.
Di Melawi sendiri secara keseluruhan, kata Arif ada 16 kasus DBD, diluar dari delapan kasus DBD yang terjadi di wilayah Tubung. Sehingga, hingga Minggu terhitung ada 24 kasus DBD hingga Februari 2015.
"Hanya nanti Senin, data lengkapnya, karena sebenarnya rekapitulasi jumlah kasus DBD dihitung per tahun. Kemarin laporan dari Kasi P2PL ada empat kasus yang di wilayah Tubung. Hanya bisa saja bertambah," terangnya.
Terkait untuk antisipasi penyebaran DBD, Arif menerangkan, sebenarnya prosedur standar yang dilakukan oleh Dinkes adalah dengan melakukan fogging fokus terhadap radius wilayah yang terdapat kasus DBD. Hanya karena keterbatasan saat ini, jajarannya mengutamakan pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M plus.
"Tapi bila ada laporan DBD, kita memiliki stok untuk obat fogging di dinkes. Termasuk kalau ada laporan dari puskesmas. Hanya memang untuk saat ini, Dinkes hanya menyediakan obat dan tenaga, sementara operasional ditanggung oleh desa," ujarnya.
(Ekos/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
Saat ini, sudah ada delapan anak dari wilayah tersebut yang terjangkit DBD dan dirawat intensif di sejumlah rumah sakit.
Kepala Desa Labang, Aspan yang dihubungi melalui telepon seluler, Minggu mengungkapkan, di wilayah Dusun Tubung ada beberapa anak yang menderita demam. Dari pemeriksaan intensif, akhirnya diketahui sudah ada delapan anak yang positif mengidap DBD.
"Satu anak bernama Rosita yang masih duduk di kelas 1 SD meninggal karena DBD. Saya pun langsung menghadap Dinas Kesehatan untuk meminta penanganan segera," ungkapnya.
Asnan memaparkan, kasus DBD di dusun Tubung, desa Labang mulai muncul dari pekan lalu. Dari delapan anak, dua berjenis kelamin laki-laki dan enam perempuan. Penderitanya pun seluruhnya masih anak yang duduk dibangku SD atau belum bersekolah.
"Setelah banyak laporan dari masyarakat yang anaknya menderita DBD, saya langsung menghadap camat belimbing dan dinas kesehatan. Minta penanganan segera karena saya sendiri tak paham prosedurnya. Jadi setelah lapor, saya minta desa saya difogging segera," ujarnya.
Dinas Kesehatan pun menyatakan siap membantu. Aspan menerangkan, Dinkes hanya meminta bantuan operasional karena mereka saat ini tidak memiliki anggaran untuk foging ke lapangan. Dari Dinkes, menurunkan peralatan foging dan enam orang tenaga honorer.
"Jadi kami pun membantu secara swadaya, baik tenaga maupun dana. Termasuk solar yang digunakan untuk fogging," katanya.
Fogging pun dilakukan ke seluruh pemukiman penduduk, serta sekolah yang kemungkinan menjadi tempat bersarangnya nyamuk pembawa virus DBD. Foging tersebut, kata Asnan dilakukan pada Sabtu (7/2) lalu.
"Sekarang belum ada muncul tambahan kasus DBD lagi, memang pagi ini (minggu) ada yang positif DBD satu lagi, tapi memang dia sudah dirawat sejak beberapa hari," katanya.
Asnan pun meminta jajaran dinas kesehatan termasuk puskesmas bisa melakukan penanganan lebih cepat dan tepat untuk mengantisipasi jatuhnya korban akibat DBD. Menurutnya, dengan adanya korban meninggal akibat DBD, menunjukkan bahwa daerah Tubung juga masuk wilayah endemis.
"DBD ini sudah sangat mengkhawatirkan, maka saya inisiatif agar dinas cepat tanggap. Saya tak mau tunggu besok-besok, harus segera," ucapnya.
Sementara itu, Kabid Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Melawi, Arif Santoso, Minggu mengungkapkan, kasus meninggalnya pasien DBD di dusun Tubung menjadi kasus pertama korban meninggal di tahun 2015.
"Kita monitor terus perkembangan kasus-kasus DBD melalui puskesmas-puskesmas. Apalagi sampai sekarang Melawi masih KLB DBD," ujarnya.
Di Melawi sendiri secara keseluruhan, kata Arif ada 16 kasus DBD, diluar dari delapan kasus DBD yang terjadi di wilayah Tubung. Sehingga, hingga Minggu terhitung ada 24 kasus DBD hingga Februari 2015.
"Hanya nanti Senin, data lengkapnya, karena sebenarnya rekapitulasi jumlah kasus DBD dihitung per tahun. Kemarin laporan dari Kasi P2PL ada empat kasus yang di wilayah Tubung. Hanya bisa saja bertambah," terangnya.
Terkait untuk antisipasi penyebaran DBD, Arif menerangkan, sebenarnya prosedur standar yang dilakukan oleh Dinkes adalah dengan melakukan fogging fokus terhadap radius wilayah yang terdapat kasus DBD. Hanya karena keterbatasan saat ini, jajarannya mengutamakan pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M plus.
"Tapi bila ada laporan DBD, kita memiliki stok untuk obat fogging di dinkes. Termasuk kalau ada laporan dari puskesmas. Hanya memang untuk saat ini, Dinkes hanya menyediakan obat dan tenaga, sementara operasional ditanggung oleh desa," ujarnya.
(Ekos/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015