Ketapang (Antara Kalbar) - Nelayan di Kabupaten Ketapang mengeluhkan tingginya harga eceran serta sulitnya mendapatkan BBM jenis solar sehingga menambah beban sehari-hari.

"Walaupun berat, kami hanya ikut saja. Kita tidak bisa apa-apa," kata Herman, salah satu Nelayan Desa Kinjil Pesisir Kecamatan Benua Kayong, Ketapang.

Herman mengungkapkan, untuk harga BBM jenis solar Rp9 ribu per liter. Rata-rata setiap turun melaut memerlukan 5-10 liter solar. Jika biasanya dalam sekali melaut membutuhkan biaya sekitar Rp75 ribu sampai Rp100 ribu, kadang  ketika BBM jenis solar langka maka para pengecer juga menaikkan harga menjadi Rp10 ribu sampai  Rp11 ribu per liter. Bahkan pernah sampai Rp15 ribu  per liter.

Lebih lanjut Herman menjelaskan, biaya untuk melaut juga membengkak menjadi Rp 150 ribu. Bagi nelayan, kondisi itu sangat memberatkan para nelayan karena harga jual ikan hasil tangkapan saat ini cenderung kurang stabil.

Di sisi lain, nelayan belum bisa menaikkan harga jual karena khawatir malah tidak laku. Konsekuensinya, penghasilan menurun sedangkan operasional membengkak. "Konsekuensinya tabungan kita berkurang. Jika biasanya bisa menyisihkan dari hasil jualan ikan  Rp50 ribu, sekarang hanya separuhnya saja, kadang tidak ada sisa sama sekali, pas cukup buat makan," jelasnya.

Dia menambahkan, para nelayan mau tidak mau hrus membeli di eceran untuk melaut,sedangkan di SPBU tidak boleh membeli BBM solar subsidi mengunakan jeriken.

Ia berharap kepada Pemkab Ketapang untuk bisa memberikan jaminan terhadap ketersediaan BBM terutama bagi para nelayan kecil. "Sebenarnya memberatkan bagi nelayan, tapi yang terpenting saat nelayan mau melaut BBM mudah didapat," imbuhnya.

Pewarta: John

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015