Jakarta (Antara Kalbar) - Mantan software engineer perempuan di Twitter menggugat layanan microblogging tersebut karena diduga lebih berpihak kepada kaum pria dalam memberikan promosi kerja.
Menurut laporan Reuters, seperti dilansir Cnet, Tina Huang mengklaim bahwa Twitter sering tidak memberikan pekerjaan dan kesempatan promosi kepada perempuan.
Huang mengajukan gugatan class-action (di mana sebuah kelompok menggugat pihak lain) yang diajukan di pengadilan negara bagian California di San Francisco.
Sebelumnya mantan karyawan Facebook juga mengajukan dugaan atas dikriminasi dan ketidakseimbangan gender.
Hal yang sama juga terjadi pada perusahaan modal ventura Perkins Caulfied & Byers di mana hakim pengadilan tinggi San Francisco mengatakan bahwa Ellen Pao dapat memenangkan gugatan sebesar 16 juta dolar AS jika juri menemukan kesalahan. Pao mengklaim perusahaan tersebut balas dendam setelah ia mengeluhkan adanya diskriminasi gender.
Menurut data yang dilaporkan Facebook, Google, Twitter dan perusahaan lain, perusahaan teknologi rata-rata memiliki 70 persen karywan laki-laki dan berkulit putih. Data ini lah yang menciptakan diskusi hangat dan saat ini menjadi tuntutan hukum di Silicon Valley.
Huang menuduh Twitter tidak memiliki proses formal dalam pekerjaan atau promosi.
"Promosi untuk posisi senior di Twitter didasarkan pada penilaian subjektif, oleh komite yang terdiri dari dan tergantung kepada manajemen Twitter, dan didominasi laki-laki," gugatan tersebut menyatakan.
Namun, Twitter membantah tuduhan Huang.
"Huang mengundurkan diri secara sukarela dari Twitter, setelah pemimpin kami mencoba membujuk dia untuk tinggal," kata juru bicara Twitter dalam sebuah pernyataan.
"Dia tidak dipecat. Twitter sangat berkomitmen untuk menjadi tempat kerja yang beragam dan penuh dukungan, dan kami percaya fakta-fakta akan menunjukkan Huang diperlakukan dengan adil," tambah dia.
Huang mendesak "semua mantan karyawan perempuan Twitter membantah adanya promosi dalam tiga tahun terakhir sebelum pengajuan gugatan ini" untuk bergabung dengannya, demikian Cnet.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
Menurut laporan Reuters, seperti dilansir Cnet, Tina Huang mengklaim bahwa Twitter sering tidak memberikan pekerjaan dan kesempatan promosi kepada perempuan.
Huang mengajukan gugatan class-action (di mana sebuah kelompok menggugat pihak lain) yang diajukan di pengadilan negara bagian California di San Francisco.
Sebelumnya mantan karyawan Facebook juga mengajukan dugaan atas dikriminasi dan ketidakseimbangan gender.
Hal yang sama juga terjadi pada perusahaan modal ventura Perkins Caulfied & Byers di mana hakim pengadilan tinggi San Francisco mengatakan bahwa Ellen Pao dapat memenangkan gugatan sebesar 16 juta dolar AS jika juri menemukan kesalahan. Pao mengklaim perusahaan tersebut balas dendam setelah ia mengeluhkan adanya diskriminasi gender.
Menurut data yang dilaporkan Facebook, Google, Twitter dan perusahaan lain, perusahaan teknologi rata-rata memiliki 70 persen karywan laki-laki dan berkulit putih. Data ini lah yang menciptakan diskusi hangat dan saat ini menjadi tuntutan hukum di Silicon Valley.
Huang menuduh Twitter tidak memiliki proses formal dalam pekerjaan atau promosi.
"Promosi untuk posisi senior di Twitter didasarkan pada penilaian subjektif, oleh komite yang terdiri dari dan tergantung kepada manajemen Twitter, dan didominasi laki-laki," gugatan tersebut menyatakan.
Namun, Twitter membantah tuduhan Huang.
"Huang mengundurkan diri secara sukarela dari Twitter, setelah pemimpin kami mencoba membujuk dia untuk tinggal," kata juru bicara Twitter dalam sebuah pernyataan.
"Dia tidak dipecat. Twitter sangat berkomitmen untuk menjadi tempat kerja yang beragam dan penuh dukungan, dan kami percaya fakta-fakta akan menunjukkan Huang diperlakukan dengan adil," tambah dia.
Huang mendesak "semua mantan karyawan perempuan Twitter membantah adanya promosi dalam tiga tahun terakhir sebelum pengajuan gugatan ini" untuk bergabung dengannya, demikian Cnet.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015