Pontianak (Antara Kalbar) - Bendera "tengkorak" bukan berarti negatif, melainkan memiliki konotasi positif guna memacu semangat untuk memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat.

Maka "bendera tengkorak" itu pulalah yang diberikan Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Barat, Brigjen (Pol) Arief Sulistyanto kepada para kepala Kepolisian Resor dan unit direktorat yang belum maksimal dalam bekerja.

Awal Maret lalu, bendera tengkorak diberikan kepada empat Kapolres dan Direktorat Narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba).

Ini agaknya merupakan bagian dari terobosan Brigjen (Pol) Arief Sulistyanto sebagai upaya meningkatkan kinerja para personel dalam memberikan pelayanan, perlindungan dan pengayoman pada masyarakat.

Ibarat ksatria templar yang memercayai kebangkitan jiwa mereka untuk tetap ikut bertempur, akan dapat terus abadi dengan diwakili tengkorak dan dua ruas tulang lengan mereka yang dapat memacu semangat mereka, dalam sejarah awal mula bendera tengkorak.

Karena menurut Arief, makna bendera tengkorak itu sendiri untuk memacu semangat agar terus bekerja dengan maksimal.

"Pemberian bendera tengkorak, guna memacu semangat para kapolres yang saat ini kinerja mereka belum maksimal memberikan pelayanan, perlindungan dan pengayom pada masyarakat," kata Arief Sulistyanto beberapa waktu lalu.

"Hadiah" atau pemberian bendera tengkorak, menurut dia merupakan bentuk lecutan bagi kinerja satuan kerja di wilayah Polda Kalbar. Agar ke depannya semakin baik lagi dalam memberikan pelayanan pada masyarakat.

"Kami mengharapkan agar terjadi penurunan gangguan Kamtibmas, minimal 15 persen. Terutama kejahatan konvensional yang seharusnya bisa ditekan sejak dini," katanya.

Keberhasilan polisi, dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya bukan dengan banyaknya kasus yang terungkap saja, tetapi bagaimana meminimalisir kejahatan terjadi sehingga gangguan Kamtibmas bisa di tekan seminimal mungkin.

Penyerahan bendera tengkorak hitam tersebut saat analisa dan evaluasi di jajaran Polda Kalbar. Kegiatan yang dikenal dengan istilah Anev tersebut, merupakan fungsi penilaian kinerja satuan kerja Polda Kalbar.

"Dalam Anev saya menekankan kembali agar semua jajaran Polda Kalbar kembali kepada hakekat polisi seutuhnya, yakni sebagai pelayan, pengayom, dan pelindung masyarakat," kata mantan Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri tersebut.

Para penerima bendera tengkorak terdiri dari empat Polres meliputi Polres Ketapang, Mempawah, Sekadau, dan Polresta Singkawang.

Mereka yang mendapat bendera hitam berlambang tengkorak tersebut karena dinilai belum berhasil menekan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas).

Bendera tengkorak diberikan kepada Polres Ketapang karena ada pelanggaran oleh Kapolsek Pawan. Untuk Polres Sekadau dan Polresta Singkawang karena angka gangguan Kamtibmas naik. Serta untuk Polres Mempawah karena penyelesaian perkara turun.

Sedangkan Direktorat Reserse Narkoba juga mendapatkan bendera tengkorak hitam karena tidak pernah mengungkap kasus-kasus yang besar selama tahun 2015.

"Padahal tingkat Polda, kalau hanya gram-graman (barang bukti yang diamankan) bukan prestasi yang besar," ungkap Arief.

Jika Kapolres di jajaran Polda Kalbar lima kali berturut-turut mendapat bendera tengkorak, maka Kapolres yang bersangkutan terancam dicopot dari jabatannya.

"Hadiah berupa bendera tengkorak tersebut, harusnya bisa dijadikan motivasi oleh Kapolres yang bersangkutan dalam meningkatkan pelayanan, menekan gangguan Kamtibmas, dan pengendalian dalam pengawasan kinerja anggota Polri agar tidak melakukan pelanggaran dan penyelewengan," ujarnya lagi.



Jadikan Tantangan

Salah satu penerima bendera tengkorak, Kapolres Singkawang Ajun Komisaris Besar (Pol) Agus Triatmaja menyatakan siap dan akan berusaha sekuat tenaga dalam meningkatkan kinerja, sesuai tiga bidang yang diberikan penilaian.

Meliputi peningkatan pelayanan, menekan gangguan Kamtibmas, dan pengendalian dalam pengawasan kinerja anggota Polri agar tidak melakukan pelanggaran dan penyelewengan.

"Saya baru menjabat tiga bulan, sementara penilaian dilakukan Februari, sehingga akan menjadi tantangan bagi saya ke depannya," kata Agus.

Dia menyatakan akan meningkatkan tindakan preemtif dan preventif selain penegakan hukum. "Sasarannya adalah hasil Anev (analisa dan evaluasi) bulan Februari," katanya.

Agus optimistis dapat menekan tindak kejahatan konvensional, termasuk menyelesaikan perkara-perkara tindak pidana yang berada di wilayah kewenangannya.

Para Kapolres lainnya, lanjut dia, terutama yang menerima bendera tengkorak hitam dari Kapolda Kalbar, tentu akan terpacu meningkatkan kinerja setiap saat.

"Saya mohon dukungan setiap masyarakat Kota Singkawang dan media," katanya.

Sementara itu, Praktisi Hukum dari Kalimantan Barat, Edi Nirwana menyatakan salut terhadap inovasi Kapolda Brigjen (Pol) Arief Sulistyanto.

"Saat ini polisi menjadi sorotan masyarakat, bahkan citranya cenderung seperti pelayan penguasa. Namun Kapolda Kalbar bisa memberikan warna lain, dengan telah dilakukannya berbagai inovasi dalam memacu kinerja jajarannya," kata Edi Nirwana yang kerap menjadi penasihat hukum tersangka pelaku kejahatan tersebut.

Dia mengharapkan apa yang dilakukan Polda Kalbar dapat menjadi acuan bagi Polda lainnya di Indonesia, untuk tetap mengutamakan pelayanan, pengayoman dan perlindungan terhadap masyarakat. Apalagi, ikut terpengaruh dengan polemik yang terjadi di tingkat pusat.

"Bagi masyarakat, Polri memberikan pengabdian terbaik, pasti akan membekas di hati," ujarnya.



(U.A057/B/N005/N005) 31-03-2015 17:58:12

Pewarta: Andilala

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015