Jakarta (Antara Kalbar) - Anggota Komisi I DPR RI, TB Hasanuddin mengatakan calon Kepala BIN Letjen (Purn) Sutiyoso menginginkan penambahan ribuan aparat intelijen, seperti yang disampaikan dalam pemaparan misi dan program calon Kepala BIN di Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Selasa.
   
"Dalam pemaparannya beliau ingin membeli alat-alat yang canggih dan menambah ribuan anggota BIN. Itu semua memerlukan biaya," katanya di Gedung Nusantara II, Jakarta, Selasa.
    
Dia mengatakan keinginan Sutiyoso itu belum tentu bisa direalisasikan semuanya karena perlu selektif dan harus dibicarakan lebih lanjut ketika telah menjadi Kabin.
    Selain itu menurut dia, Sutiyoso menekankan pentingnya pola pikir anggota BIN agar tidak sama seperti pola kerja intelijen di era Orde Baru.
     
"Di era orde baru ada istilah mumi, apabila seorang dibawa ke BIN untuk diperiksa maka di sana bisa bicara. Saat ini tidak ada lagi istilah itu, tidak boleh asal menangkap namun dapat informasi sesuai UU Intelijen yang berlaku," ujarnya.
    
Dia mengakui apa yang telah disampaikan Sutiyoso terkait visi dan misi di hadapan Komisi I DPR RI cukup bagus. Namun menurut dia, seluruh masyarakat menunggu aplikasi dari visi dan misi yang telah disampaikan.
    
"Secara prinsip semua fraksi tidak ada masalah, kemungkinan (semua fraksi) akan menyetujuinya," ucapnya.
   
TB Hasanuddin mengatakan dirinya sempat menyinggung peristiwa 27 Juli 1996 dalam pemaparan visi dan misi tersebut. Menurut dia, dirinya tidak meminta untuk dijawab karena apabila dijawab maka akan masuk ranah hukum.
   
"Saya sampaikan agar tidak perlu dijawab, saya selaku pimpinan partai berupa memori kolektif partai kami masih ada sehingga tidak boleh berulang lagi ketika Pak Sutiyoso menjadi Kabin," imbuhnya.
    
Namun, dia menekankan yang paling penting, setelah Sutiyoso menjadi Kabin harus dikontrol agar tetap melaksanakan tugas seperti yang diamanatkan UU.

Pewarta: Imam Budilaksono

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015