Sanggau (Antara Kalbar)- Tangan wanita setengah baya yang akrab disapa Mbak Nur, warga kawasan Sanggau Permai ini, Kota Sanggau ini terus menari-nari membuat anyaman ketupat dari daun kelapa atau janur.
Demikian pula yang dilakoni tiga sahabatnya yang lain, membuat anyaman ketupat untuk dijual kembali kepada warga Muslim yang merayakan Idul Fitri.
"Kami ada berempat yang buat bungkusan ketupat ini Bang," ujarnya.
Menurut Mbak Nur, untuk menganyam satu bungkus ketupat tersebut hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit.
Lebaran kali ini, merupakan tahun kelima dilakoni wanita berperawakan sedang itu mencoba mengais rezeki dengan menjual bungkus ketupat di kawasan terminal Opelet, Kota Sanggau. Tak hanya Lebaran, ia juga berjualan menjelang Idul Adha.
"Selain ini untuk mengisi waktu luang. Namun, keuntungannya cukup lumayan,†ujarnya.
Nur dan rekannya yang lain menjual satu selongsong ketupat dengan harga Rp1000 dan pembeli paling sedikit membeli 5 buah selongsong.
Sementara, untuk bahan merupakan daun kelapa tersebut diperoleh dari Pontianak, untuk satu ikat daun kelapa muda itu dibeli seharga Rp30 ribu.
"Berjualan bungkus ketupat ini memang tidak membutuhkan modal banyak, melainkan hanya membutuhkan ketrampilan. Namun, tak banyak orang memanfaatkan peluang ini," ungkapnya.
Untuk waktu dua hari itu, mereka bisa mengantongi untung masing-masing Rp1.000.000-, dan bahkan lebih.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
Demikian pula yang dilakoni tiga sahabatnya yang lain, membuat anyaman ketupat untuk dijual kembali kepada warga Muslim yang merayakan Idul Fitri.
"Kami ada berempat yang buat bungkusan ketupat ini Bang," ujarnya.
Menurut Mbak Nur, untuk menganyam satu bungkus ketupat tersebut hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit.
Lebaran kali ini, merupakan tahun kelima dilakoni wanita berperawakan sedang itu mencoba mengais rezeki dengan menjual bungkus ketupat di kawasan terminal Opelet, Kota Sanggau. Tak hanya Lebaran, ia juga berjualan menjelang Idul Adha.
"Selain ini untuk mengisi waktu luang. Namun, keuntungannya cukup lumayan,†ujarnya.
Nur dan rekannya yang lain menjual satu selongsong ketupat dengan harga Rp1000 dan pembeli paling sedikit membeli 5 buah selongsong.
Sementara, untuk bahan merupakan daun kelapa tersebut diperoleh dari Pontianak, untuk satu ikat daun kelapa muda itu dibeli seharga Rp30 ribu.
"Berjualan bungkus ketupat ini memang tidak membutuhkan modal banyak, melainkan hanya membutuhkan ketrampilan. Namun, tak banyak orang memanfaatkan peluang ini," ungkapnya.
Untuk waktu dua hari itu, mereka bisa mengantongi untung masing-masing Rp1.000.000-, dan bahkan lebih.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015