PontianakPontianak (Antara Kalbar) - Sampai sejauh ini ada tiga investor yang sudah mulai melakukan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap dengan bahan bakar sampah pada beberapa daerah di Kalimantan Barat, sebagian besar perusahaan itu berasal dari Tiongkok.
"Untuk prospeknya sampai sejauh ini sudah berjalan cukup baik, dimana ada beberapa investor yang sudah saling bersinergi untuk melakukan pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah itu. Ada investor yang menyiapkan lahan, ada juga yang akan menyiapkan bahan baku sampahnya, dimana mereka saat ini sudah bekerja sama untuk pembangunannya," kata M Zeet di Pontianak Jumat.
Dia menambahkan, sampai sejauh ini ada dia daerah yang akan dilakukan pembangunan PLTS tersebut diantaranya adalah Ketapang dan Mempawah. Untuk di kabupaten Mempawah ada PT Rezeki Perkasa Sejahtera Lestari, perusahaan swasta mitra Perusahaan Listrik Negara (PLN), membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) biomasa berkapasitas 2x15 megawatt.
Bahan bakarnya memanfaatkan cangkang kelapa sawit dan merupakan pertama di Kalimantan Barat, smentara untuk di Ketapang, rencananya akan menggunakan danpah limbah kayu dan sejenisnya. Kemudian ada satu perusahaan lagi yang masih melakukan izin penggunaan lahan dan melakukan koordinasi dengan PLN untuk pembangunannya.
"Untuk menjamin pasokan bahan bakar dari cangkang kelapa sawit, pada PT.RPSL diketahui mereka telah menandatangani kontrak pembelian dengan enam perusahaan perkebunan kelapa sawit. Nah, disinilah letak sinergi antara perusahaan tersebut untuk memenuhi bahan baku dari PLTS itu dan kita sebagai pemda tentu akan mendukung pembangunannya karena saat ini Kalbar memang masih memerlukan pasokan listrik," tuturnya.
M Zeet menambahkan, dari informasi yang ia dapat beberapa investor tersebut saat ini masih terkendala dengan beberapa persyaratan PLN yang harus dipenuhi oleh investor. Misalnya, kata dia dalam pembakaran sampah untuk pembangkit listrik itu, PLN mengharuskan pembakarannya harus dilakukan dengan batu bara terlebih dahulu, sementara investor ini memiliki teknologi yang melakukan pembakaran tanpa batu bara terlebih dahulu.
"Ini yang masih menjadi kendala mereka, dimana ada beberapa item dari PLN yang memberatkan para investor. Makanya kita minta agar PLN bisa lebih rasional, karena kalau ada teknologi yang lebih baru, kenapa harus diberatkan dengan syarat yang tidak harus dipenuhi oleh investor tersebut," katanya.
Yang jelas, kata M Zeet, pemenuhan pasokan listrik akan terus diseriusi pemerintah Kalbar, mulai dari rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah, bahkan dengan menggunakan material dari Batu Bara dan Nuklir.
"Pemprov Kalbar sangat mengharapkan adanya percepatan tambahan pasokan listrik baru yang dapat memenuhi kebutuhan Listrik di Kalbar, baik untuk rumah tangga, maupun untuk kebutuhan Industri," kata M Zeet.***1***
(KR-RDO)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015