Banjarmasin (Antara Kalbar) - Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD)
Kota Banjarmasin Hamdi menyatakan, udara di daerahnya belum mengalami
polusi asap yang mengkhawatirkan kesehatan di musim kemarau ini yang
diakibatkan kiriman asap dari kebakaran lahan atau hutan.
Menurut dia, di Balaikota, Jumat, kabut asap yang menyelimuti udara di daerah ini sifatnya masih masih asap tipis, sehingga tidak mengkhawatirkan bagi kesehatan masyarakat terhirupnya saat bernafas.
"Meski demikian, kita tetap menghimbau masyarakat kalau keluar rumah untuk memakai masker," ujarnya.
Sebab, tutur dia, kabut asap bisa saja terjadi tebal mendadak, karena di musim kemarau ini sangat rentan terjadinya kebakaran lahan dan hutan yang asap kirimannya sampai ke daerah ibu kota provinsi ini.
"Daerah kita ini memang minim lahan gambut atau hutan belantara, tapi daerah kabupaten tetangga atau provinsi tetangga yang luas memiliki lahan dan hutan bisa saja sedang mengalami kebakaran, biasanya asapnya sampai ke kota kita ini," tuturnya.
Hal ini, ucap dia, harus menjadi perhatian semua, jangan sampai kejadian sebagaimana tahun-tahun lalu yang semua daerah di provinsi ini mengalami kabut asap tebal menyeluruh, hingga membuat aktivitas masyarakat terganggu, belum lagi pengaruhnya pada kesehatan, yakni, banyak yang mengalami penyakit ispa.
"Sudah saatnya semua masyarakat mewaspadai terjadinya kebakaran lahan dan hutan di musim kemarau ini, karena tanggungjawab semuanya, sebab dirasakan semuanya pula akibatnya," ujar Hamdi.
Saat ini, kata Hamdi, yang menjadi polusi udara di daerah ini akibat kemarau adalah kadar debu halu yang bertebaran di udara lebih banyak, yakni, melebihi ambang batas baku mutu, yakni di atas 230 microgram permeter kubik.
"Udara penuh debu ini sangat kurang baik juga dihirup, hingga perlu masker untuk antisifasinya jika keluar rumah paling tidak," ungkapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
Menurut dia, di Balaikota, Jumat, kabut asap yang menyelimuti udara di daerah ini sifatnya masih masih asap tipis, sehingga tidak mengkhawatirkan bagi kesehatan masyarakat terhirupnya saat bernafas.
"Meski demikian, kita tetap menghimbau masyarakat kalau keluar rumah untuk memakai masker," ujarnya.
Sebab, tutur dia, kabut asap bisa saja terjadi tebal mendadak, karena di musim kemarau ini sangat rentan terjadinya kebakaran lahan dan hutan yang asap kirimannya sampai ke daerah ibu kota provinsi ini.
"Daerah kita ini memang minim lahan gambut atau hutan belantara, tapi daerah kabupaten tetangga atau provinsi tetangga yang luas memiliki lahan dan hutan bisa saja sedang mengalami kebakaran, biasanya asapnya sampai ke kota kita ini," tuturnya.
Hal ini, ucap dia, harus menjadi perhatian semua, jangan sampai kejadian sebagaimana tahun-tahun lalu yang semua daerah di provinsi ini mengalami kabut asap tebal menyeluruh, hingga membuat aktivitas masyarakat terganggu, belum lagi pengaruhnya pada kesehatan, yakni, banyak yang mengalami penyakit ispa.
"Sudah saatnya semua masyarakat mewaspadai terjadinya kebakaran lahan dan hutan di musim kemarau ini, karena tanggungjawab semuanya, sebab dirasakan semuanya pula akibatnya," ujar Hamdi.
Saat ini, kata Hamdi, yang menjadi polusi udara di daerah ini akibat kemarau adalah kadar debu halu yang bertebaran di udara lebih banyak, yakni, melebihi ambang batas baku mutu, yakni di atas 230 microgram permeter kubik.
"Udara penuh debu ini sangat kurang baik juga dihirup, hingga perlu masker untuk antisifasinya jika keluar rumah paling tidak," ungkapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015