Ketapang (Antara Kalbar) - Pentas Seni Budaya Dayak dan Pameran Dewan Adat Dayak (DAD) Ketapang 2015 resmi dimulai ditandai dengan pemukulan gong di Pentas Seni Budaya Ketapang di samping Pendopo Bupati Ketapang oleh Bupati Henrikus.
    
Acara dilanjutkan dengan karnaval menggelilingi sebagian jalan di Kota Ketapang. Lebih kurang 30 mobil yang dihiasi berisi sekitar 10 orang dan puluhan pengendara sepeda motor mengikuti karnaval ini. Rombongan tak hanya orang Suku Dayak tapi juga banyak dari suku lainnya.
    
Karnaval dimulai dari halaman Pentas Seni Budaya Ketapang menuju Jl R Suprapto. Kemudian kea rah Jl Merdeka atau komplek Pasar Lama Ketapang, ke Jl S Parman dan lain-lain hingga rombongan kembali lagi ke halaman Pentas Seni Budaya Ketapang.
    
Dalam sambutan pidatonya, Ketua Panitia Pelaksana Pentas Seni Budaya Dayak dan Pameran DAD Ketapang 2015 Sikat Gudang mengatakan Ketapang memiliki banyak suku bangsa. Masing-masing mempunyai adat istiadat dan kebudayaan yang berbeda-beda.
    
Ia menegaskan perbedaan merupakan anugerah Tuhan yang harus diterima oleh masyarakat. Tapi pada kenyataan menurutnya kadang kala perbedaan tersebut menjadi sumber perpecahan. Sehingga perlu peran semua pihak agar perbedaan itu menjadi pemersatu mempererat hubungan antar sesama.
    
Semntara itu Bupati Ketapang Henrikus,berpesan kepada masyarakat khususnya Dayak di Kabupaten Ketapang kegiatan ini akan berlanjut meskipun ia tidak menjadi Bupati Ketapang. Ia juga meminta maaf selama masa kepemimpinannya menjadi Bupati permintaan masyarakat belum bisa terpenuhi.
    
Mengakhiri pidatonya, Henrikus berpesan kepada masyarakat Dayak untuk selalu menjaga kerukunan antar umat bergama, suku dan menjaga kabupaten tetap aman dan kondusif.

Ritual Gorok Tonah
Sehari sebelumnya, pada Jumat, dilaksanakan ritual adat Gorok Tonah. Kegiatan dilaksanakan di Tugu Tolak Balak atau biasa disebut Tugu Perdamaian di Jl Merdeka Ketapang.
   
 "Ritual adat ini dilaksanakan satu hari sebelum dan sesudah acara. Adat pertama ini adalah ritual adat Gorok Tonah asal daerah Simpang," jelas Koordinator Adat dan Istiadat Hukum Adat Dayak Ketapang, Nikodemus.
   
Pada adat ini hal pertama dilakukan membakar kemenyan. Setelah itu menghamburkan beras padi, tepung tawar, bereteh beras kuning dan lain-lain. Kemudian pelaksanaan adat ini ditutup dengan menggigit besi berupa sebuah beliung.
    
Yang panitia sediakan di antaranya keladi hitam, birah hitam, ayam hitam, telur. Serta beras padi, beras ketan, tepung padi, tepung ketan, keribang dan tuak.
    
Menurutnya, tujuannya upacara adat ini untuk mohon kepada penjaga alam di bumi. Serta kepada kekuatan untuk melindungi segenap kegiatan yang dilaksanakan. Bahkan juga melindungi masyarakat yang menghadiri acara.
    
Semua untuk memberi makanan kepada orang-orang yang tak terlihat agar melindungi kita. Jangan sampai ada sesuatu hal yang tidak kita inginkan terjadi sehingga acara bisa dilaksanakan lancar, aman, tertib dan sukses.
    
Ia menjelaskan penutupan ritual adat Gorok Tanah dengan menggigit besi. Hal tersebut menyatakan bahwa kekerasan dan semangat harus keras seperti besi. Sehingga dapat melaksanakan kegiatan dengan baik dan kuat.
    
"Kita menggigit besi menyatakan semangat harus sama dengan kekuatan besi," jelas Koordinator para dukun dan temanggung Adat Dayak di Ketapang ini.

Pewarta: John

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015