Pontianak (Antara Kalbar) - Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat, Hazairin mengatakan saat ini pihaknya sedang mempersiapkan tenaga pelatih untuk penanaman padi dengan metode Hazton.
Penyiapan tenaga pelatih diperlukan untuk pengembangan metode penanaman tersebut secara nasional.
"Saat ini sedang menyiapkan beberapa tenaga pelatih yang akan ditugaskan memberikan penyuluhan kepada petani, maupun lembaga pemerintahan, yang akan mengadopsi penanaman padi dengan metode Hazton," kata Hazairin di Pontianak, Jumat.
Dia menjelaskan, dari informasi yang dia dapat, Presiden Joko Widodo saat ini sudah memprogramkan penanaman padi dengan metode Hazton secara nasional, dengan target penanaman tahap awal 1.000 hektare pada sentra pertanian produktif di seluruh Indonesia.
"Rencananya itu akan di lakukan pada tahun ini juga. Namun, karena kita baru memiliki beberapa orang tenaga pelatih atau penyuluh, tentu masih belum bisa memenuhi kebutuhan yang ada," tuturnya.
Namun, Hazairin mengatakan pihaknya akan berusaha maksimal untuk memberikan informasi kepada masyarakat yang berkeinginan menggunakan metode Hazton tersebut.
"Saat ini beberapa tim kita telah diundang beberapa daerah untuk melakukan pelatihan kepada petani, tidak hanya di Kalbar, tetapi beberapa daerah lain di luar Kalbar. Untuk memudahkan masyarakat mendapatkan informasi tentang penggunaan metode Hazton ini, kami juga sudah membuat tutorial dalam bentuk buku," katanya.
Bahkan, lanjut Hazairin, pihaknya juga membuat grup terbuka di sosial media Facebook, agar masyarakat yang ingin mencari informasi atau berinteraksi terkait metode Hazton bisa langsung mengakses laman sosial media tersebut.
Dia menjelaskan, pada penanaman padi dengan metode biasa hanya menggunakan tiga bibit dalam satu lubang, namun dengan metode Hazton menggunakan 20-30 bibit untuk satu lubang penanaman padi sehingga lebih rimbun.
Metode Hazton itu, juga umumnya menggunakan bibit padi yang lebih tua karena dengan bibit padi yang tua akan lebih tahan terhadap penyakit.
"Metode Hazton pertama diuji coba tahun 2011, dimana dari hasil pengujian yang kita lakukan, dengan metode ini petani bisa lebih sepat panen selama 15 hari, sementara, umumnya padi yang ditanam dengan metode biasa dipanen dalam waktu 115 hari. Selain itu, dengan metode tersebut, produksi padi bisa meningkat dari 5 sampai 6 ton menjadi 10 sampai 16 ton per hektare," kata Hazairin.
Dia menambahkan, saat ini metode Hazton telah diaplikasikan di Kapuas Hulu, Sambas, Kayong Utara, Landak, dan beberapa daerah lainnya di Kalbar.
"Bahkan, saat ini sudah direplikasi di Aceh, Sulawesi Utara. Bahkan Malaysia melakukan riset ke sentra-sentra produksi," tuturnya.
(KR-RDO/M019)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
Penyiapan tenaga pelatih diperlukan untuk pengembangan metode penanaman tersebut secara nasional.
"Saat ini sedang menyiapkan beberapa tenaga pelatih yang akan ditugaskan memberikan penyuluhan kepada petani, maupun lembaga pemerintahan, yang akan mengadopsi penanaman padi dengan metode Hazton," kata Hazairin di Pontianak, Jumat.
Dia menjelaskan, dari informasi yang dia dapat, Presiden Joko Widodo saat ini sudah memprogramkan penanaman padi dengan metode Hazton secara nasional, dengan target penanaman tahap awal 1.000 hektare pada sentra pertanian produktif di seluruh Indonesia.
"Rencananya itu akan di lakukan pada tahun ini juga. Namun, karena kita baru memiliki beberapa orang tenaga pelatih atau penyuluh, tentu masih belum bisa memenuhi kebutuhan yang ada," tuturnya.
Namun, Hazairin mengatakan pihaknya akan berusaha maksimal untuk memberikan informasi kepada masyarakat yang berkeinginan menggunakan metode Hazton tersebut.
"Saat ini beberapa tim kita telah diundang beberapa daerah untuk melakukan pelatihan kepada petani, tidak hanya di Kalbar, tetapi beberapa daerah lain di luar Kalbar. Untuk memudahkan masyarakat mendapatkan informasi tentang penggunaan metode Hazton ini, kami juga sudah membuat tutorial dalam bentuk buku," katanya.
Bahkan, lanjut Hazairin, pihaknya juga membuat grup terbuka di sosial media Facebook, agar masyarakat yang ingin mencari informasi atau berinteraksi terkait metode Hazton bisa langsung mengakses laman sosial media tersebut.
Dia menjelaskan, pada penanaman padi dengan metode biasa hanya menggunakan tiga bibit dalam satu lubang, namun dengan metode Hazton menggunakan 20-30 bibit untuk satu lubang penanaman padi sehingga lebih rimbun.
Metode Hazton itu, juga umumnya menggunakan bibit padi yang lebih tua karena dengan bibit padi yang tua akan lebih tahan terhadap penyakit.
"Metode Hazton pertama diuji coba tahun 2011, dimana dari hasil pengujian yang kita lakukan, dengan metode ini petani bisa lebih sepat panen selama 15 hari, sementara, umumnya padi yang ditanam dengan metode biasa dipanen dalam waktu 115 hari. Selain itu, dengan metode tersebut, produksi padi bisa meningkat dari 5 sampai 6 ton menjadi 10 sampai 16 ton per hektare," kata Hazairin.
Dia menambahkan, saat ini metode Hazton telah diaplikasikan di Kapuas Hulu, Sambas, Kayong Utara, Landak, dan beberapa daerah lainnya di Kalbar.
"Bahkan, saat ini sudah direplikasi di Aceh, Sulawesi Utara. Bahkan Malaysia melakukan riset ke sentra-sentra produksi," tuturnya.
(KR-RDO/M019)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015