Nanga Pinoh (Antara Kalbar) - Lebih dari sepekan terakhir, BBM sulit didapatkan di SPBU Melawi, selain sering kosong, bila ada pasokan BBM, antrean kendaraan akan sangat panjang hingga keluar SPBU.
Kondisi tersebut mulai mempengaruhi harga BBM terutama jenis premium bersubsidi eceran.
Ketua Komisi C DPRD Melawi, Malin, Senin, mengaku heran dengan pelayanan SPBU di Kabupaten Melawi.
"Aneh kita di Melawi ini BBM susah diperoleh di SPBU. Padahal di kabupaten lain seperti Sintang, Sekadau dan Sanggau lancar-lancar saja. Ini ada apa dengan SPBU di Melawi," katanya.
Kondisi ini, ucap Malin, bahkan bukan terjadi kali ini saja. Tapi hampir beberapa bulan sekali terjadi kekurangan stok BBM di sejumlah SPBU. Sementara di pedagang eceran, stok BBM tetap melimpah.
"Dengan situasi begini tentu akan semakin menyulitkan masyarakat. Sudahlah kondisi ekonomi lagi susah, kulat murah. Beli minyak pun hanya bisa dikios yang jauh lebih mahal. Padahal kalau masyarakat bisa membeli di SPBU harganya jauh lebih murah," katanya.
Malin meminta adanya perhatian serius dari stakeholder terkait, baik Pertamina sebagai distributor serta pemerintah sebagai pengawas. Karena kurangnya stok BBM ke Melawi berdampak sangat luas, termasuk kenaikan harga BBM eceran di daerah pedalaman.
"Dalam kota Pinoh saja dijual Rp10 ribu per liter. Kalau dikampung mau harga berapa? Padahal harga di SPBU hanya Rp7.600 saja," katanya.
Menurut Malin, alasan Pertamina mengurangi stok BBM, yang menjadi pertanyaan. Sementara tiga SPBU di Melawi tak mungkin tak mampu membeli BBM dari Pertamina.
"Kalau memang sehari disiapkan 10 tangki untuk SPBU Melawi saya rasa mereka siap. Cuma ada apa sampai Melawi kok dikurangi jatahnya. Apa Melawi ini daerah operasi permainan minyak yang luput dari pantauan pengawas sampai antriannya tiap hari menyusahkan masyarakat saja," katanya lagi.
Sementara itu, Romsyah, Kades Bukit Raya kecamatan Tanah Pinoh Barat mengungkapkan harga jual bensin eceran di Kota Baru, ibukota kecamatan Tanah Pinoh saja kini sudah dijual Rp 12 ribu perliter. Harga ini akan semakin mahal bila dibawa ke desa-desa yang ada di pedalaman.
"Karena dapatnya susah, apalagi di Kota baru sudah tidak ada SPBU. Mereka mengambil langsung dari Nanga Pinoh," katanya. (Ekos/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
Kondisi tersebut mulai mempengaruhi harga BBM terutama jenis premium bersubsidi eceran.
Ketua Komisi C DPRD Melawi, Malin, Senin, mengaku heran dengan pelayanan SPBU di Kabupaten Melawi.
"Aneh kita di Melawi ini BBM susah diperoleh di SPBU. Padahal di kabupaten lain seperti Sintang, Sekadau dan Sanggau lancar-lancar saja. Ini ada apa dengan SPBU di Melawi," katanya.
Kondisi ini, ucap Malin, bahkan bukan terjadi kali ini saja. Tapi hampir beberapa bulan sekali terjadi kekurangan stok BBM di sejumlah SPBU. Sementara di pedagang eceran, stok BBM tetap melimpah.
"Dengan situasi begini tentu akan semakin menyulitkan masyarakat. Sudahlah kondisi ekonomi lagi susah, kulat murah. Beli minyak pun hanya bisa dikios yang jauh lebih mahal. Padahal kalau masyarakat bisa membeli di SPBU harganya jauh lebih murah," katanya.
Malin meminta adanya perhatian serius dari stakeholder terkait, baik Pertamina sebagai distributor serta pemerintah sebagai pengawas. Karena kurangnya stok BBM ke Melawi berdampak sangat luas, termasuk kenaikan harga BBM eceran di daerah pedalaman.
"Dalam kota Pinoh saja dijual Rp10 ribu per liter. Kalau dikampung mau harga berapa? Padahal harga di SPBU hanya Rp7.600 saja," katanya.
Menurut Malin, alasan Pertamina mengurangi stok BBM, yang menjadi pertanyaan. Sementara tiga SPBU di Melawi tak mungkin tak mampu membeli BBM dari Pertamina.
"Kalau memang sehari disiapkan 10 tangki untuk SPBU Melawi saya rasa mereka siap. Cuma ada apa sampai Melawi kok dikurangi jatahnya. Apa Melawi ini daerah operasi permainan minyak yang luput dari pantauan pengawas sampai antriannya tiap hari menyusahkan masyarakat saja," katanya lagi.
Sementara itu, Romsyah, Kades Bukit Raya kecamatan Tanah Pinoh Barat mengungkapkan harga jual bensin eceran di Kota Baru, ibukota kecamatan Tanah Pinoh saja kini sudah dijual Rp 12 ribu perliter. Harga ini akan semakin mahal bila dibawa ke desa-desa yang ada di pedalaman.
"Karena dapatnya susah, apalagi di Kota baru sudah tidak ada SPBU. Mereka mengambil langsung dari Nanga Pinoh," katanya. (Ekos/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015