Pontianak (Antara Kalbar) - Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat menggalakkan gerakan 1000 hari pertama kehidupan (HPK) nasional agar angka "stanting" atau tingkat pertumbuhan balita di bawah standar umurnya di daerah setempat dapat berkurang.
"1000 HPK adalah masa emas tumbuh kembang anak, yang dimulai dari masa kehamilan sampai anak usia dua tahun," kata Kepala Dinas Kesehatan Kalbar, Andi Jap saat di Pontianak, Jumat.
Ia menjelaskan, pencegahan stanting harus dimulai sejak ibu hamil, yakni bagi ibu hamil harus cukup gizinya supaya tidak anemia.
"Selain kepada ibu hamil, kami bahkan memberikan tablet tambah darah (TTD) untuk mencegah anemia tersebut. Anemia adalah kekurangan zat besi dalam darah yang sangat penting dalam pembentukan otak janin," ucapnya.
Menurut dia, Indonesi akan menikmati bonus demografi pada 2020 berkat banyaknya penduduki usia produktif. Namun jika stanting tidak diatasi, bonus demografi tersebut akan menjadi bencana, karena justru menjadi beban.
Karena itu Kalbar berpartisipassi dalam program kesehatan dan gizi berbasis masyarakat untuk mengurangi stanting (PKGBM) sebagai upaya trobosan untuk mencegah stanting di Kalbar, ujarnya.
Sementara itu, Direktur PKGBM dari "Millennium Challenge Account-Indonesia (MCA-Indonesia)" Dr Minarto menyatakan, stanting adalah masalah yang sangat mengkhawatirkan, karena tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan anak saja, tetapi juga pertumbuhan otak anak, hingga anak ber-IQ rendah yang berdampak seumur hidup.
Oleh karena itu, menurut dia, pihaknya kini menggalakkan kerja sama dengan Dinkes-dinkes dan media dalam mengkampanyekan stanting kepada masyarakat, dengan kampanye gizi nasional, diantaranya mengubah perilaku masyarakat termasuk sanitasi.
"Dari berbagai penelitian, berkaitan erat antara kebiasaan buang air besar (BAB) dengan stanting. Anak yang keluarganya masih BAB sembarang cenderung stanting," ucapnya.
Indonesia menargetkan penurunan angka stanting sebesar 40 persen tahun 2025. Kalbar adalah salah satu provinsi di mana PKGBM dilaksanakan, berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013, angka stanting di Indonesia mencapai 37,2 persen, dan di Kalbar mencapai 38,6 persen atau di atas angka nasional.
(T.A057/M019)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016
"1000 HPK adalah masa emas tumbuh kembang anak, yang dimulai dari masa kehamilan sampai anak usia dua tahun," kata Kepala Dinas Kesehatan Kalbar, Andi Jap saat di Pontianak, Jumat.
Ia menjelaskan, pencegahan stanting harus dimulai sejak ibu hamil, yakni bagi ibu hamil harus cukup gizinya supaya tidak anemia.
"Selain kepada ibu hamil, kami bahkan memberikan tablet tambah darah (TTD) untuk mencegah anemia tersebut. Anemia adalah kekurangan zat besi dalam darah yang sangat penting dalam pembentukan otak janin," ucapnya.
Menurut dia, Indonesi akan menikmati bonus demografi pada 2020 berkat banyaknya penduduki usia produktif. Namun jika stanting tidak diatasi, bonus demografi tersebut akan menjadi bencana, karena justru menjadi beban.
Karena itu Kalbar berpartisipassi dalam program kesehatan dan gizi berbasis masyarakat untuk mengurangi stanting (PKGBM) sebagai upaya trobosan untuk mencegah stanting di Kalbar, ujarnya.
Sementara itu, Direktur PKGBM dari "Millennium Challenge Account-Indonesia (MCA-Indonesia)" Dr Minarto menyatakan, stanting adalah masalah yang sangat mengkhawatirkan, karena tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan anak saja, tetapi juga pertumbuhan otak anak, hingga anak ber-IQ rendah yang berdampak seumur hidup.
Oleh karena itu, menurut dia, pihaknya kini menggalakkan kerja sama dengan Dinkes-dinkes dan media dalam mengkampanyekan stanting kepada masyarakat, dengan kampanye gizi nasional, diantaranya mengubah perilaku masyarakat termasuk sanitasi.
"Dari berbagai penelitian, berkaitan erat antara kebiasaan buang air besar (BAB) dengan stanting. Anak yang keluarganya masih BAB sembarang cenderung stanting," ucapnya.
Indonesia menargetkan penurunan angka stanting sebesar 40 persen tahun 2025. Kalbar adalah salah satu provinsi di mana PKGBM dilaksanakan, berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013, angka stanting di Indonesia mencapai 37,2 persen, dan di Kalbar mencapai 38,6 persen atau di atas angka nasional.
(T.A057/M019)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016