Pontianak (Antara Kalbar) - Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis mengharapkan masyarakat Dayak yang ada di setiap kabupaten/kota bisa membantu pemerintah dalam mewujudkan kedaulatan pangan melalui kegiatan Gawai Dayak.

"Gawai Dayak Naik Dango, selain menjaga nilai budaya, semangatnya dapat diwujudkan melalui kedaulatan di bidang pangan di Kalimantan Barat. Sehingga gawai ini benar-benar bermanfaat bagi masyarakat Dayak, apalagi di Kabupaten Landak, Kubu Raya dan Mempawah merupakan salah satu lumbung padi Kalimantan Barat," kata Cornelis saat membuka Gawai Dayak Naik Dango XXXI tiga kabupaten yakni Kabupaten Landak, Kubu Raya, dan Mempawah, yang dilaksanakan di Kecamatan Toho, Mempawah.

Dia menjelaskan, kedaulatan pangan bukan hanya padi saja namun berbagai macam tanaman pangan seperti ubi, sukun, jagung dan sayuran, sehingga tidak lagi membeli di kota dan beras tidak lagi makan beras miskin dan impor beras Thailand.

Cornelis berharap setelah naik dango, agar petani kembali bercocok tanam, jangan terlalu larut apalagi sampai berjudi, apalagi terlibat narkoba.

"Karena narkoba adalah upaya negara tertentu merusak generasi muda Indonesia secara terencana terstruktur dan massif," katanya.

Pada kesempatan tersebut dia juga mengimbau agar masyarakat di tiga kabupaten itu dapat mewaspadai bahaya rabies, teroris dan aliran radikal, serta yang paling baru, khususnya masyarakat Dayak agar mewaspadai babi yang mati digigit kelelawar, karena mengandung virus berbahaya.

"Kalau ada babi yang matinya seperti itu jangan dimakan," katanya.

Di tempat yang sama, Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta mengatakan, bahwa kegiatan itu selain dapat menjadi bagian promosi wisata juga untuk menggali dan mengenal tradisi masyarakat dayak yang damai dan tidak sombong.

"Jika ini dikemas dengan baik, tentu ini bisa menjadi salah satu agenda wisata yang sangat menarik. Tinggal bagaimana mengemasnya saja, dan diharapkan pemerintah daerah bisa memanfaatkan hal ini," katanya.

Ketua Panitia Amon Amed, menjelaskan naik dango adalah upacara adat Dayak Kanayatn yang dilakukan sejak mengenal cocok tanam padi, dimana tradisi tersebut selalu dilaksanakan setelah selesai panen.

"Kegiatan ini sendiri dilakukan sebagai wujud syukur kepada Jubata (Tuhan dalam masyarakat adat Dayak) karena anugerahnya kepada masyarakat terutama bidang pertanian. Naik dango dilaksanakan setia April dan dilakukan secara bergilir di tiga kabupaten," katanya.

Naik dango dimulai dengan mengantar padi hasil panen yang masih bertangkai ke lumbung yang disebut yang disebut "Dango". Rangkaian prosesi itu disebut "Ngantatn Tangkeatn".

Sambil membawa padi ke dalam Dango, para sesepuh diiringi tarian dan nyanyian Amboyo, dilanjutkan dengan kegiatan ritual Nyangahatn atau memanjatkan doa kepada Tuhan. Selesai Nyangahatn dilanjut "Ngantat panompo" kepada ke para sesepuh atau pimpinan adat.  

(KR-RDO/E001)

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016