Pontianak (Antara Kalbar) - Menguatnya harga minyak mentah di pasar global ikut mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sehingga ditutup menguat pada Rabu (25/5) sebesar 1,32 persen ke posisi 4.772,98 dari penutupan Selasa (24/5) pada level 4.710,79.
    Ada sejumlah isu yang bakal mempengaruhi indeks hari ini. Seperti Pemerintah tengah menyiapkan instrumen investasi berupa SBN untuk menampung dana-dana repatriasi aset dari kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty. Tingkat kupon SBN tersebut akan menyesuaikan imbal hasil (yield) di pasar.
    Pemerintah juga akan mengubah skema tarif uang tebusan dalam tax amnesty menjadi dua tahap, dikarenakan perkiraan jangka waktu hanya dari Juni hingga akhir Desember 2016. Untuk tiga bulan pertama, tarif 2 persen untuk repatriasi dan 4 persen untuk deklarasi, sedangkan tiga bulan berikutnya tarif 3 persen untuk repatriasi dan 6 persen untuk deklarasi.
    Bank Indonesia memperkirakan penerimaan pajak dari tax amnesty sebesar Rp53,4 triliun. Kajian BI mengungkapkan dana ilegal milik WNI yang ada di luar negeri sebesar Rp3.147 triliun mengacu pada Global Financial Integrity 2015. Dari jumlah tersebut, yang dapat ikut kebijakan amnesti pajak hanya sekitar Rp1.121 triliun. Karena sekitar 30 persen sisanya terkait dengan narkoba, terorisme, perdagangan manusia, dan pencucian uang, serta 10 persen dari hasil korupsi.
    Dari sisi perusahaan, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) tengah membangun pabrik kelapa sawit untuk memproduksi crude palm oil (CPO) dengan kapasitas 60 ton per jam senilai Rp120 miliar. Pembangunan pabrik ini diperkirakan akan selesai pada akhir 2017, dimana total pabrik akan mencapai tujuh unit dengan kapasitas 435 ton per jam.
    PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) menawarkan sukuk mudharabah dan obligasi subordinasi dengan total nilai Rp1,5 triliun. Dana hasil dari penawaran sukuk ini seluruhnya akan digunakan untuk pembiayaan syariah serta peningkatan aset produktif.
    Sementara BUMN PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. (ANTM) memperoleh fasilitas lindung nilai foreign exchange senilai USD60 juta atau sekitar Rp817,5 miliar yang berasal dari BMRI, BBRI, dan BBNI. Sebagai perusahaan berorientasi ekspor, sebagian besar pendapatan dan posisi kas perseroan dalam bentuk mata uang dolar AS, sehingga ANTM memiliki dampak dari risiko perubahan nilai tukar.
    Rata-rata nilai transaksi harian IHSG pada hari kemarin menunjukkan penurunan 0,12 persen dibandingkan hari sebelumnya, yakni menjadi Rp5,69 triliun dari Rp5,70 triliun. Sementara itu, investor asing kembali mencatatkan net buying sebesar Rp338,84 miliar. Secara akumulatif, investor asing telah membukukan net buying senilai Rp2,62 triliun sejak awal tahun. Rupiah melemah 0,48 persen ke level Rp13.671/USD dari posisi hari sebelumnya sebesar Rp13.606/USD.
    Sementara di Amerika Serikat, Wall Street menguat dipicu oleh penguatan harga minyak dan investor yang sepertinya sudah cukup menerima kemungkinan kenaikan suku bunga pada awal bulan depan. Indeks S&P 500 telah meningkat sekitar 15 persen dari posisi terendah pada Februari dan naik sekitar 2 persen pada tahun ini.
    Saham sektor energi memimpin perdagangan, dengan naik 1,51 persen karena harga minyak menguat ke posisi  USD50 per barel. Laporan persediaan minyak menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun lebih besar dari perkiraan. Selain itu, komentar dari petinggi The Fed dalam beberapa hari terakhir dan data ekonomi AS yang baik telah meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve bisa segera menaikkan tingkat suku bunga acuannya lebih cepat daripada yang perkiraan sebelumnya.
    Sementara itu,  sektor keuangan pada indeks S&P naik 1,03 persen dan mengakhiri sesi pada titik tertinggi tahun ini. Saham Bank of America, JPMorgan dan Citigroup naik lebih dari 1,5 persen. Meski demikian, berita negatif datang dari saham Alibaba Group yang anjlok 6,82 persen setelah perusahaan diselidiki Securities and Exchange Commission AS, terkait kemungkinan praktik akuntansi yang melanggar hukum federal.
    Di Eropa, perkembangan dari Yunani cukup menarik untuk disimak. Setelah berdiskusi cukup di Brussels, Belgia, menteri-menteri keuangan zona euro mengatakan telah mencapai "terobosan besar" dalam perundingan terbaru kesepakatan utang untuk Yunani.
    Dana Moneter Internasional (IMF) menuntut dikuranginya beban utang Yunani sebagai syarat dana talangan selanjutnya. Yunani akan menerima bagian pertama dari dana talangan 11,4 miliar dolar pada bulan Juni, setelah Uni Eropa menyetujui upaya reformasi yang dilakukan negara itu belakangan ini.
    Menteri Keuangan Uni Eropa Jeroen Dijsselbloem mengatakan kesepakatan itu tidaklah mudah. Perjanjian politik yang sulit tersebut mendapat tentangan, terutama dari Jerman, pusat kekuatan zona euro. Jerman, yang terus menyerukan dilakukannya lebih banyak langkah penghematan, menilai dana talangan itu tidak diperlukan. Tetapi Yunani sangat membutuhkan tahap pertama dari dana 8,4 miliar dolar itu untuk melunasi pinjaman ke bank Sentral Eropa dan IMF menjelang bulan Juli. Negara itu bahkan tidak mampu membayar gaji pegawai negerinya.
    Kesepakatan antara menteri-menteri dari 19 negara zona euro itu menyusul disetujuinya rancangan Undang-Undang Yunani yang mencakup kenaikan pajak dan reformasi pemotongan anggaran, seperti dituntut oleh para kreditornya.

Pewarta:

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016