Pontianak (ANTARA) - Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) terus melakukan sosialisasi penyelenggaraan pasar fisik CPO bersama Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) dengan melibatkan pemerintah daerah, termasuk Kalimantan Barat.
Vice President Bursa CPO Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), Yohanes F Silaen yang hadir dalam sosialisasi tersebut mengatakan sosialisasi ini merupakan langkah strategis ICDX untuk mendorong peningkatan jumlah peserta.
“Peningkatan jumlah peserta ini menjadi penting, karena pada akhirnya juga akan mendorong pertumbuhan volume transaksi,” katanya di Pontianak, Rabu.
Menurutnya, sosialisasi digelar di Pontianak mengingat Provinsi Kalimantan Barat memiliki lahan perkebunan kelapa sawit yang cukup luas dan ini tentunya akan menjadi strategis dalam ekosistem bursa CPO.
“Para petani dan pabrik pengolah kelapa sawit tentunya menjadi pemangku utama di ekosistem bursa CPO ini, dan menjadi tugas ICDX untuk memberikan sosialisasi terkait mekanisme perdagangan CPO di bursa kepada para pemangku kepentingan tersebut,” katanya.
Sosialisasi di Pontianak diikuti 123 perusahaan pabrik pengolahan kelapa sawit.
Ia menambahkan, Provinsi Kalimantan Barat memiliki potensi besar dalam industri kelapa sawit nasional. Data pemda Kalimantan Barat menyebutkan, saat ini terdapat seluas 3,4 juta hektare lahan perkebunan kelapa sawit yang sudah memiliki Izin Usaha Perkebunan (IUP).
Sementara data dari Badan Pusat Statistik (BPS) meyebutkan, Provinsi Kalimantan Barat menempati posisi kedua sebagai provinsi yang memiliki luas kebun sawit terbesar di Indonesia. Sebagai informasi, BPS pada 2022 menyebutkan luas lahan kelapa sawit di Indonesia mencapai 14,9 juta ha.
Silaen menambahkan, ke depan ICDX akan terus melakukan sosialisasi kepada para pemangku kepentingan di ekosistem bursa CPO ke berbagai daerah yang menjadi sentra perkebunan kelapa sawit.
“Sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah untuk pelaksanaan CPO, tentunya ICDX juga memiliki tanggung jawab untuk mensukseskan program pemerintah untuk pembentukan harga acuan CPO dunia. Ini akan terus kami upayakan kedepan, dengan mengajak dan melibatkan semua pemangku kepentingan,” katanya.
Hingga saat ini sebanyak 27 peserta yang merupakan gabungan penjual dan pembeli dalam bursa CPO dan jumlah ini mengalami peningkatan dari sebelumnya hanya 18 peserta.
“Kami optimistis seiring waktu, jumlah peserta akan mengalami peningkatan,” kata Silaen.
Baca juga: Indonesia - Malaysia siap kolaborasi melawan diskriminasi sawit
Baca juga: Pemprov Kalbar percepat penyusunan dan implementasi sawit berkelanjutan