Pontianak  (Antara Kalbar) - Pemerintah Kota Pontianak, Selasa, menggelar upacara peringatan Hari Berkabung Daerah (HBD), yakni peristiwa Mandor berdarah peristiwa pembantaian sekitar 21.037 masyarakat Kalbar oleh kekejaman tentara Jepang, 72 tahun silam atau tanggal 28 Juni 1944.

"Kami berharap, peringatan HBD atau peristiwa Mandor berdarah tidak hanya dilakukan seremonial saja, melainkan dimaknai dalam bentuk membangun Kota Pontianak dan Kalbar umumnya dengan semangat perjuangan para pahlawan kita," kata Wakil Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono saat memimpin upacara peringatan HBD di Pontianak.

Ia juga mengajak masyarakat Kota Pontianak, untuk bersama-sama meneladani perjuangan yang dilakukan oleh para pahlawan tersebut dengan cara bersama-sama membangun Kota Pontianak dengan tetap menjunjung nilai-nilai persatuan dan kesatuan.

"Meskipun Kota Pontianak penduduknya heterogen, tetapi kita bisa hidup berdampingan dan saling toleransi. Saya berharap kita semua tetap menjaga kondusifitas yang telah terjaga selama ini," ujarnya.

Selain itu, Edi juga mengajak masyarakat agar terus memupuk rasa nasionalisme demi tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta menjunjung tinggi semangat kepahlawanan dalam melaksanakan dan mesukseskan pembangunan di Pontianak.

"Dengan tidak memandang perbedaan suku, agama, ras dan golongan, sehingga nantinya masyarakat Kota Pontianak dapat menjadi masyarakat yang unggul dan maju dalam segala aspek," katanya.

Sebagaimana diketahui, banyak korban gugur di tangan penjajah Jepang pada peristiwa Mandor, mulai dari kaum cendikiawan, para raja, sultan dan tokoh masyarakat yang dianggap berpengaruh hingga masyarakat biasa, serta dari berbagai etnis dan agama.

"Oleh karena itu, sudah sepatutnya nilai-nilai persatuan dalam perjuangan dari para pahlawan tersebut dapat kita teladani bersama," kata Wakil Wali Kota Pontianak.

Peristiwa Mandor adalah sebuah sejarah masa kelam yang pernah terjadi di Kalbar, peristiwa itu terjadi pada tahun 1943 sampai 1944 di daerah Mandor Kabupaten Landak. Menurut sejarah hampir terdapat 21.037 jumlah pembantaian masyarakat yang di bunuh oleh Jepang, namun Jepang menolaknya dan menganggap hanya 1.000 korban saja.

Zaman pendudukan Jepang lebih menyeramkan daripada masa pendudukan Belanda. Peristiwa mandor terjadi akibat ketidaksenangan penjajah Jepang terhadap para pemberontak. Karena ketika itu Jepang ingin menguasai seluruh kekayaan yang ada di bumi Kalbar.

Peristiwa Mandor tersebut ditetapkan sebagai Hari Berkabung Daerah melalui Peraturan Daerah No. 5/2007 yang dikeluarkan Pemerintah Provinsi Kalbar.

(U.A057/Y008)

Pewarta: Andilala

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016